Starfive – Satu Cinta
Em Am
Ku memohon dalam sujudku pada-Mu
D G
Ampunkanlah s’gala dosa dalam diri
C Am
Ku percaya Engkau bisa meneguhkan
F#m B
Pendirianku……. Keimananku…….
Ku memohon dalam sujudku pada-Mu
Ampunkanlah s’gala dosa dalam diri
Ku percaya Engkau bisa meneguhkan
Pendirianku……. Keimananku…….
Em Am
(*) Engkau satu cinta
D G
Yang s’lamanya aku cari
C Am
Tiada waktu ku tinggalkan
B
Demi cintaku kepada-Mu
Em Am
Walau seribu rintangan
D G
Kan menghadang salam diri
C Am
Ku teguhkan hati ini
B
Hanya pada-Mu
Em
Ku pasrahkan…….
Intro : Am D G
C Am B
back to (*)
C D G
Oh Tuhan …. s’lamatkanlah hamba ini
Am D G
Dari segala fatamorgana dunia
C B Am
Oh Tuhan …. jauhkanlah hamba ini
B
Dari hidup yang sia-sia
download MP3nya disini....
Rabu, 28 April 2010
Bersyukurlah!!!!
Di kala impian belum terwujud, kita selalu banyak memohon dan terus bersabar menantinya. Namun di kala impian sukses tercapai, kadang kita malah lupa daratan dan melupakan Yang Di Atas yang telah memberikan berbagai kenikmatan. Oleh karenanya, apa kiat ketika kita telah mencapai hasil yang kita idam-idamkan? Itulah yang sedikit akan kami kupas dalam tulisan sederhana ini.
Akui Setiap Nikmat Berasal dari-Nya
Inilah yang harus diakui oleh setiap orang yang mendapatkan nikmat. Nikmat adalah segala apa yang diinginkan dan dicari-cari. Nikmat ini harus diakui bahwa semuanya berasal dari Allah Ta’ala dan jangan berlaku angkuh dengan menyatakan ini berasal dari usahanya semata atau ia memang pantas mendapatkannya. Coba kita renungkan firman Allah Ta’ala,
لا يَسْأَمُ الإنْسَانُ مِنْ دُعَاءِ الْخَيْرِ وَإِنْ مَسَّهُ الشَّرُّ فَيَئُوسٌ قَنُوطٌ
“Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan.” (QS. Fushshilat: 49). Atau pada ayat lainnya,
وَإِذَا أَنْعَمْنَا عَلَى الْإِنْسَانِ أَعْرَضَ وَنَأَى بِجَانِبِهِ وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ فَذُو دُعَاءٍ عَرِيضٍ
“Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka, maka ia banyak berdoa.” (QS. Fushshilat: 51)
Inilah tabiat manusia, yang selalu tidak sabar jika ditimpa kebaikan atau kejelekan. Ia akan selalu berdo’a pada Allah agar diberikan kekayaan, harta, anak keturunan, dan hal dunia lainnya yang ia cari-cari. Dirinya tidak bisa merasa puas dengan yang sedikit. Atau jika sudah diberi lebih pun, dirinya akan selalu menambah lebih. Ketika ia ditimpa malapetaka (sakit dan kefakiran), ia pun putus asa. Namun lihatlah bagaimana jika ia mendapatkan nikmat setelah itu? Bagaimana jika ia diberi kekayaan dan kesehatan setelah itu? Ia pun lalai dari bersyukur pada Allah, bahkan ia pun melampaui batas sampai menyatakan semua rahmat (sehat dan kekayaan) itu didapat karena ia memang pantas memperolehnya. Inilah yang diisyaratkan dalam firman Allah Ta’ala,
وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ رَحْمَةً مِنَّا مِنْ بَعْدِ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ هَذَا لِي
“Dan jika Kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat dari Kami sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata: "Ini adalah hakku.”(QS. Fushshilat: 50)
Sifat orang beriman tentu saja jika ia diberi suatu nikmat dan kesuksesan yang ia idam-idamkan, ia pun bersyukur pada Allah. Bahkan ia pun khawatir jangan-jangan ini adalah istidroj (cobaan yang akan membuat ia semakin larut dalam kemaksiatan yang ia terjang). Sedangkan jika hamba tersebut tertimpa musibah pada harta dan anak keturunannya, ia pun bersabar dan berharap karunia Allah agar lepas dari kesulitan serta ia tidak berputus asa.[1]
Ucapkanlah “Tahmid”
Inilah realisasi berikutnya dari syukur yaitu menampakkan nikmat tersebut dengan ucapan tahmid (alhamdulillah) melalui lisan. Ini adalah sesuatu yang diperintahkan sebagaimana firman Allah Ta’ala,
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).” (QS. Adh Dhuha: 11)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
التَّحَدُّثُ بِنِعْمَةِ اللهِ شُكْرٌ ، وَتَرْكُهَا كُفْرٌ
“Membicarakan nikmat Allah termasuk syukur, sedangkan meninggalkannya merupakan perbuatan kufur.” (HR. Ahmad, 4/278. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam Shahih Al Jaami’ no. 3014).
Lihat pula bagaimana impian Nabi Ibrahim tercapai ketika ia memperoleh anak di usia senja. Ketika impian tersebut tercapai, beliau pun memperbanyak syukur pada Allah sebagaimana do'a beliau ketika itu,
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاءِ
“Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa. ” (QS. Ibrahim: 39).
Para ulama salaf ketika mereka merasakan nikmat Allah berupa kesehatan dan lainnya, lalu mereka ditanyakan, “Bagaimanakah keadaanmu di pagi ini?” Mereka pun menjawab, “Alhamdulillah (segala puji hanyalah bagi Allah).”[2]
Oleh karenanya, hendaklah seseorang memuji Allah dengan tahmid (alhamdulillah) atas nikmat yang diberikan tersebut. Ia menyebut-nyebut nikmat ini karena memang terdapat maslahat dan bukan karena ingin berbangga diri atau sombong. Jika ia malah melakukannya dengan sombong, maka ini adalah suatu hal yang tercela.[3]
Memanfaatkan Nikmat dalam Amal Ketaatan
Yang namanya syukur bukan hanya berhenti pada dua hal di atas yaitu mengakui nikmat tersebut pada Allah dalam hati dan menyebut-nyebutnya dalam lisan, namun hendaklah ditambah dengan yang satu ini yaitu nikmat tersebut hendaklah dimanfaatkan dalam ketaaatan pada Allah dan menjauhi maksiat.
Contohnya adalah jika Allah memberi nikmat dua mata. Hendaklah nikmat tersebut dimanfaatkan untuk membaca dan mentadaburi Al Qur’an, jangan sampai digunakan untuk mencari-cari aib orang lain dan disebar di tengah-tengah kaum muslimin. Begitu pula nikmat kedua telinga. Hendaklah nikmat tersebut dimanfaatkan untuk mendengarkan lantunan ayat suci, jangan sampai digunakan untuk mendengar lantunan yang sia-sia. Begitu pula jika seseorang diberi kesehatan badan, maka hendaklah ia memanfaatkannya untuk menjaga shalat lima waktu, bukan malah meninggalkannya. Jadi, jika nikmat yang diperoleh oleh seorang hamba malah dimanfaatkan untuk maksiat, maka ini bukan dinyatakan sebagai syukur.
Intinya, seseorang dinamakan bersyukur ketika ia memenuhi 3 rukun syukur: [1] mengakui nikmat tersebut secara batin (dalam hati), [2] membicarakan nikmat tersebut secara zhohir (dalam lisan), dan [3] menggunakan nikmat tersebut pada tempat-tempat yang diridhoi Allah (dengan anggota badan).
Abul ‘Abbas Ibnu Taimiyah mengatakan,
وَأَنَّ الشُّكْرَ يَكُونُ بِالْقَلْبِ وَاللِّسَانِ وَالْجَوَارِحِ
“Syukur haruslah dijalani dengan mengakui nikmat dalam hati, dalam lisan dan menggunakan nikmat tersebut dalam anggota badan.”[4]
Merasa Puas dengan Rizki Yang Allah Beri
Karakter asal manusia adalah tidak puas dengan harta. Hal ini telah diisyaratkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berbagai haditsnya. Ibnu Az Zubair pernah berkhutab di Makkah, lalu ia mengatakan,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - كَانَ يَقُولُ « لَوْ أَنَّ ابْنَ آدَمَ أُعْطِىَ وَادِيًا مَلأً مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَانِيًا ، وَلَوْ أُعْطِىَ ثَانِيًا أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَالِثًا ، وَلاَ يَسُدُّ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ »
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya manusia diberi lembah penuh dengan emas, maka ia masih menginginkan lembah yang kedua semisal itu. Jika diberi lembah kedua, ia pun masih menginginkan lembah ketiga. Perut manusia tidaklah akan penuh melainkan dengan tanah. Allah tentu menerima taubat bagi siapa saja yang bertaubat.” (HR. Bukhari no. 6438)
Inilah watak asal manusia. Sikap seorang hamba yang benar adalah selalu bersyukur dengan nikmat dan rizki yang Allah beri walaupun itu sedikit. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ
“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad, 4/278. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 667)
Dan juga mesti kita yakini bahwa rizki yang Allah beri tersebut adalah yang terbaik bagi kita karena seandainya Allah melebihkan atau mengurangi dari yang kita butuh, pasti kita akan melampaui batas dan bertindak kufur. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ
“Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syuraa: 27)
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Seandainya Allah memberi hamba tersebut rizki lebih dari yang mereka butuh, tentu mereka akan melampaui batas, berlaku kurang ajar satu dan lainnya, serta akan bertingkah sombong.” Selanjutnya Ibnu Katsir menjelaskan, “Akan tetapi Allah memberi rizki pada mereka sesuai dengan pilihan-Nya dan Allah selalu melihat manakah yang maslahat untuk mereka. Allah tentu yang lebih mengetahui manakah yang terbaik untuk mereka. Allah-lah yang memberikan kekayaan bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya. Dan Allah-lah yang memberikan kefakiran bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya.”[5]
Patut diingat pula bahwa nikmat itu adalah segala apa yang diinginkan seseorang. Namun apakah nikmat dunia berupa harta dan lainnya adalah nikmat yang hakiki? Para ulama katakan, tidak demikian. Nikmat hakiki adalah kebahagiaan di negeri akhirat kelak. Tentu saja hal ini diperoleh dengan beramal sholih di dunia. Sedangkan nikmat dunia yang kita rasakan saat ini hanyalah nikmat sampingan semata. Semoga kita bisa benar-benar merenungkan hal ini.[6]
Jadilah Hamba yang Rajin Bersyukur
Pandai-pandailah mensyukuri nikmat Allah apa pun itu. Karena keutamaan orang yang bersyukur amat luar biasa. Allah Ta’ala berfirman,
وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ
“Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali Imron: 145)
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".” (QS. Ibrahim: 7)
Ya Allah, anugerahkanlah kami sebagai hamba -Mu yang pandai bersyukur pada-Mu dan selalu merasa cukup dengan segala apa yang engkau beri.
Diselesaikan atas taufik Allah di Pangukan-Sleman, 23 Rabi’ul Akhir 1431 H
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel http://rumaysho.com
[1] Lihat Taysir Al Karimir Rahman, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, hal. 752, Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, tahun 1420 H dan Tafsir Al Jalalain, hal. 482, Maktabah Ash Shofaa.
[2] Lihat Mukhtashor Minhajil Qoshidin, Ibnu Qudamah Al Maqdisi, hal. 262, Darul Aqidah, cetakan pertama, tahun 1426 H.
[3] Lihat Tafsir Juz ‘Amma, Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin, hal. 202, Darul Kutub Al ‘Ilmiyah, cetakan tahun 1424 H.
[4] Majmu’ Al Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 11/135, Darul Wafa’, cetakan ketiga, 1426 H.
[5] Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 12/278, Muassasah Qurthubah.
[6] Lihat Mukhtashor Minhajil Qoshidin, hal. 266.
Akui Setiap Nikmat Berasal dari-Nya
Inilah yang harus diakui oleh setiap orang yang mendapatkan nikmat. Nikmat adalah segala apa yang diinginkan dan dicari-cari. Nikmat ini harus diakui bahwa semuanya berasal dari Allah Ta’ala dan jangan berlaku angkuh dengan menyatakan ini berasal dari usahanya semata atau ia memang pantas mendapatkannya. Coba kita renungkan firman Allah Ta’ala,
لا يَسْأَمُ الإنْسَانُ مِنْ دُعَاءِ الْخَيْرِ وَإِنْ مَسَّهُ الشَّرُّ فَيَئُوسٌ قَنُوطٌ
“Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan.” (QS. Fushshilat: 49). Atau pada ayat lainnya,
وَإِذَا أَنْعَمْنَا عَلَى الْإِنْسَانِ أَعْرَضَ وَنَأَى بِجَانِبِهِ وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ فَذُو دُعَاءٍ عَرِيضٍ
“Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka, maka ia banyak berdoa.” (QS. Fushshilat: 51)
Inilah tabiat manusia, yang selalu tidak sabar jika ditimpa kebaikan atau kejelekan. Ia akan selalu berdo’a pada Allah agar diberikan kekayaan, harta, anak keturunan, dan hal dunia lainnya yang ia cari-cari. Dirinya tidak bisa merasa puas dengan yang sedikit. Atau jika sudah diberi lebih pun, dirinya akan selalu menambah lebih. Ketika ia ditimpa malapetaka (sakit dan kefakiran), ia pun putus asa. Namun lihatlah bagaimana jika ia mendapatkan nikmat setelah itu? Bagaimana jika ia diberi kekayaan dan kesehatan setelah itu? Ia pun lalai dari bersyukur pada Allah, bahkan ia pun melampaui batas sampai menyatakan semua rahmat (sehat dan kekayaan) itu didapat karena ia memang pantas memperolehnya. Inilah yang diisyaratkan dalam firman Allah Ta’ala,
وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ رَحْمَةً مِنَّا مِنْ بَعْدِ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ هَذَا لِي
“Dan jika Kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat dari Kami sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata: "Ini adalah hakku.”(QS. Fushshilat: 50)
Sifat orang beriman tentu saja jika ia diberi suatu nikmat dan kesuksesan yang ia idam-idamkan, ia pun bersyukur pada Allah. Bahkan ia pun khawatir jangan-jangan ini adalah istidroj (cobaan yang akan membuat ia semakin larut dalam kemaksiatan yang ia terjang). Sedangkan jika hamba tersebut tertimpa musibah pada harta dan anak keturunannya, ia pun bersabar dan berharap karunia Allah agar lepas dari kesulitan serta ia tidak berputus asa.[1]
Ucapkanlah “Tahmid”
Inilah realisasi berikutnya dari syukur yaitu menampakkan nikmat tersebut dengan ucapan tahmid (alhamdulillah) melalui lisan. Ini adalah sesuatu yang diperintahkan sebagaimana firman Allah Ta’ala,
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).” (QS. Adh Dhuha: 11)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
التَّحَدُّثُ بِنِعْمَةِ اللهِ شُكْرٌ ، وَتَرْكُهَا كُفْرٌ
“Membicarakan nikmat Allah termasuk syukur, sedangkan meninggalkannya merupakan perbuatan kufur.” (HR. Ahmad, 4/278. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam Shahih Al Jaami’ no. 3014).
Lihat pula bagaimana impian Nabi Ibrahim tercapai ketika ia memperoleh anak di usia senja. Ketika impian tersebut tercapai, beliau pun memperbanyak syukur pada Allah sebagaimana do'a beliau ketika itu,
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاءِ
“Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa. ” (QS. Ibrahim: 39).
Para ulama salaf ketika mereka merasakan nikmat Allah berupa kesehatan dan lainnya, lalu mereka ditanyakan, “Bagaimanakah keadaanmu di pagi ini?” Mereka pun menjawab, “Alhamdulillah (segala puji hanyalah bagi Allah).”[2]
Oleh karenanya, hendaklah seseorang memuji Allah dengan tahmid (alhamdulillah) atas nikmat yang diberikan tersebut. Ia menyebut-nyebut nikmat ini karena memang terdapat maslahat dan bukan karena ingin berbangga diri atau sombong. Jika ia malah melakukannya dengan sombong, maka ini adalah suatu hal yang tercela.[3]
Memanfaatkan Nikmat dalam Amal Ketaatan
Yang namanya syukur bukan hanya berhenti pada dua hal di atas yaitu mengakui nikmat tersebut pada Allah dalam hati dan menyebut-nyebutnya dalam lisan, namun hendaklah ditambah dengan yang satu ini yaitu nikmat tersebut hendaklah dimanfaatkan dalam ketaaatan pada Allah dan menjauhi maksiat.
Contohnya adalah jika Allah memberi nikmat dua mata. Hendaklah nikmat tersebut dimanfaatkan untuk membaca dan mentadaburi Al Qur’an, jangan sampai digunakan untuk mencari-cari aib orang lain dan disebar di tengah-tengah kaum muslimin. Begitu pula nikmat kedua telinga. Hendaklah nikmat tersebut dimanfaatkan untuk mendengarkan lantunan ayat suci, jangan sampai digunakan untuk mendengar lantunan yang sia-sia. Begitu pula jika seseorang diberi kesehatan badan, maka hendaklah ia memanfaatkannya untuk menjaga shalat lima waktu, bukan malah meninggalkannya. Jadi, jika nikmat yang diperoleh oleh seorang hamba malah dimanfaatkan untuk maksiat, maka ini bukan dinyatakan sebagai syukur.
Intinya, seseorang dinamakan bersyukur ketika ia memenuhi 3 rukun syukur: [1] mengakui nikmat tersebut secara batin (dalam hati), [2] membicarakan nikmat tersebut secara zhohir (dalam lisan), dan [3] menggunakan nikmat tersebut pada tempat-tempat yang diridhoi Allah (dengan anggota badan).
Abul ‘Abbas Ibnu Taimiyah mengatakan,
وَأَنَّ الشُّكْرَ يَكُونُ بِالْقَلْبِ وَاللِّسَانِ وَالْجَوَارِحِ
“Syukur haruslah dijalani dengan mengakui nikmat dalam hati, dalam lisan dan menggunakan nikmat tersebut dalam anggota badan.”[4]
Merasa Puas dengan Rizki Yang Allah Beri
Karakter asal manusia adalah tidak puas dengan harta. Hal ini telah diisyaratkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berbagai haditsnya. Ibnu Az Zubair pernah berkhutab di Makkah, lalu ia mengatakan,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - كَانَ يَقُولُ « لَوْ أَنَّ ابْنَ آدَمَ أُعْطِىَ وَادِيًا مَلأً مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَانِيًا ، وَلَوْ أُعْطِىَ ثَانِيًا أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَالِثًا ، وَلاَ يَسُدُّ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ »
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya manusia diberi lembah penuh dengan emas, maka ia masih menginginkan lembah yang kedua semisal itu. Jika diberi lembah kedua, ia pun masih menginginkan lembah ketiga. Perut manusia tidaklah akan penuh melainkan dengan tanah. Allah tentu menerima taubat bagi siapa saja yang bertaubat.” (HR. Bukhari no. 6438)
Inilah watak asal manusia. Sikap seorang hamba yang benar adalah selalu bersyukur dengan nikmat dan rizki yang Allah beri walaupun itu sedikit. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ
“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad, 4/278. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 667)
Dan juga mesti kita yakini bahwa rizki yang Allah beri tersebut adalah yang terbaik bagi kita karena seandainya Allah melebihkan atau mengurangi dari yang kita butuh, pasti kita akan melampaui batas dan bertindak kufur. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ
“Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syuraa: 27)
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Seandainya Allah memberi hamba tersebut rizki lebih dari yang mereka butuh, tentu mereka akan melampaui batas, berlaku kurang ajar satu dan lainnya, serta akan bertingkah sombong.” Selanjutnya Ibnu Katsir menjelaskan, “Akan tetapi Allah memberi rizki pada mereka sesuai dengan pilihan-Nya dan Allah selalu melihat manakah yang maslahat untuk mereka. Allah tentu yang lebih mengetahui manakah yang terbaik untuk mereka. Allah-lah yang memberikan kekayaan bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya. Dan Allah-lah yang memberikan kefakiran bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya.”[5]
Patut diingat pula bahwa nikmat itu adalah segala apa yang diinginkan seseorang. Namun apakah nikmat dunia berupa harta dan lainnya adalah nikmat yang hakiki? Para ulama katakan, tidak demikian. Nikmat hakiki adalah kebahagiaan di negeri akhirat kelak. Tentu saja hal ini diperoleh dengan beramal sholih di dunia. Sedangkan nikmat dunia yang kita rasakan saat ini hanyalah nikmat sampingan semata. Semoga kita bisa benar-benar merenungkan hal ini.[6]
Jadilah Hamba yang Rajin Bersyukur
Pandai-pandailah mensyukuri nikmat Allah apa pun itu. Karena keutamaan orang yang bersyukur amat luar biasa. Allah Ta’ala berfirman,
وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ
“Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali Imron: 145)
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".” (QS. Ibrahim: 7)
Ya Allah, anugerahkanlah kami sebagai hamba -Mu yang pandai bersyukur pada-Mu dan selalu merasa cukup dengan segala apa yang engkau beri.
Diselesaikan atas taufik Allah di Pangukan-Sleman, 23 Rabi’ul Akhir 1431 H
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel http://rumaysho.com
[1] Lihat Taysir Al Karimir Rahman, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, hal. 752, Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, tahun 1420 H dan Tafsir Al Jalalain, hal. 482, Maktabah Ash Shofaa.
[2] Lihat Mukhtashor Minhajil Qoshidin, Ibnu Qudamah Al Maqdisi, hal. 262, Darul Aqidah, cetakan pertama, tahun 1426 H.
[3] Lihat Tafsir Juz ‘Amma, Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin, hal. 202, Darul Kutub Al ‘Ilmiyah, cetakan tahun 1424 H.
[4] Majmu’ Al Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 11/135, Darul Wafa’, cetakan ketiga, 1426 H.
[5] Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 12/278, Muassasah Qurthubah.
[6] Lihat Mukhtashor Minhajil Qoshidin, hal. 266.
UNIC_-_Tika Itu
UNIC_-_Tika Itu
Intro : Dm G F C G
F C G C F G C
*
Intro : Dm G F C G
F C G C F G C
*
C Em
Dan di ketika itu kita
Dm G
Membina subur nur harapan
F C G
Terbina indah mimpiku
C Em
Terpatri sebuah ikatan
Dm G
Hadapi segala rintangan
F C G
Indahnya sinar bercahaya
C Em Am
Dan di saat berbicara
F G
Akan tekad yang di jiwa
Em Am
Berpisah mengejar cita
F Fm G
Yang diimpi sekian lama
reff:
Membina subur nur harapan
F C G
Terbina indah mimpiku
C Em
Terpatri sebuah ikatan
Dm G
Hadapi segala rintangan
F C G
Indahnya sinar bercahaya
C Em Am
Dan di saat berbicara
F G
Akan tekad yang di jiwa
Em Am
Berpisah mengejar cita
F Fm G
Yang diimpi sekian lama
reff:
C Am
Kan ku abadi saat gemilang
Em Dm
Suka duka manisnya kenangan
G Dm
Bersemadi di ingatan
Am C
Mogakan kekal sepanjang zaman
Am Em
Hanya kuharapkan ketenangan
F Dm
Melayari hidup sendirian
G Dm
Dalam mengejar impian
G C
Moga tertakdir rahmat di tuhan
F C
Ku kan tetap bersama menuju impian di cita
Am
Kepuncak kegemilangan yang tiada tara
F Am G
Saat waktu kitakan pasti bersua akhirnya
F Fm C
Kita kan tetap bersama dalam mengejar cita
back to (*)
reff interlude ke C#
Download MP3nya Disini...
Suka duka manisnya kenangan
G Dm
Bersemadi di ingatan
Am C
Mogakan kekal sepanjang zaman
Am Em
Hanya kuharapkan ketenangan
F Dm
Melayari hidup sendirian
G Dm
Dalam mengejar impian
G C
Moga tertakdir rahmat di tuhan
F C
Ku kan tetap bersama menuju impian di cita
Am
Kepuncak kegemilangan yang tiada tara
F Am G
Saat waktu kitakan pasti bersua akhirnya
F Fm C
Kita kan tetap bersama dalam mengejar cita
back to (*)
reff interlude ke C#
Download MP3nya Disini...
Alasan Wanita tidak Dijadikan Pemimpin
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Tulisan kali ini adalah lanjutan dari tulisan sebelumnya mengenai "Pemimpin Wanita dalam Tinjauan". Sekarang kita akan melihat mengapa wanita tidak pantas jadi pemimpin. Semoga bermanfaat.
Mengapa Wanita Tidak Jadi Pemimpin?
Alasan Pertama; Pemimpin wanita pasti merugikan
Abu Bakrah berkata,
لَمَّا بَلَغَ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – أَنَّ أَهْلَ فَارِسَ قَدْ مَلَّكُوا عَلَيْهِمْ بِنْتَ كِسْرَى قَالَ « لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا أَمْرَهُمُ امْرَأَةً »
“Tatkala ada berita sampai kepada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bahwa bangsa Persia mengangkat putri Kisro (gelar raja Persia dahulu) menjadi raja, beliau shallallahu ’alaihi wa sallam lantas bersabda, ” Suatu kaum itu tidak akan bahagia apabila mereka menyerahkan kepemimpinan mereka kepada wanita”. ” (HR. Bukhari no. 4425)
Dari hadits ini, para ulama bersepakat bahwa syarat al imam al a’zhom (kepala negara atau presiden) haruslah laki-laki. (Lihat Adhwa’ul Bayan, 3/34, Asy Syamilah)
Al Baghowiy mengatakan dalam Syarhus Sunnah (10/77) pada Bab ”Terlarangnya Wanita Sebagai Pemimpin”:
”Para ulama sepakat bahwa wanita tidak boleh jadi pemimpin dan juga hakim. Alasannya, karena pemimpin harus memimpin jihad. Begitu juga seorang pemimpin negara haruslah menyelesaikan urusan kaum muslimin. Seorang hakim haruslah bisa menyelesaikan sengketa. Sedangkan wanita adalah aurat, tidak diperkenankan berhias (apabila keluar rumah). Wanita itu lemah, tidak mampu menyelesaikan setiap urusan karena mereka kurang (akal dan agamanya). Kepemimpinan dan masalah memutuskan suatu perkara adalah tanggung jawab yang begitu urgent. Oleh karena itu yang menyelesaikannya adalah orang yang tidak memiliki kekurangan (seperti wanita) yaitu kaum pria-lah yang pantas menyelesaikannya.”
Alasan Kedua; Wanita kurang akal dan agama
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
مَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَذْهَبَ لِلُبِّ الرَّجُلِ الْحَازِمِ مِنْ إِحْدَاكُنَّ
“Tidaklah aku pernah melihat orang yang kurang akal dan agamanya sehingga dapat menggoyangkan laki-laki yang teguh selain salah satu di antara kalian wahai wanita.” (HR. Bukhari no. 304)
Apa yang dimaksud dengan kurang akal dan agamanya?
Ada yang menanyakan kepada Syaikh ’Abdul Aziz bin ’Abdillah bin Baz: Saya seringkali mendengar hadits ”wanita itu kurang akal dan agamanya.” Dari hadits ini sebagian pria akhirnya menganiaya para wanita. Oleh karena itu –wahai Syaikh- kami memintamu untuk menerangkan makna hadits ini.
Adapun makna hadits Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam:
ما رأيت من ناقصات عقل ودين أغلب للب الرجل الحازم من إحداكن فقيل يا رسول الله ما نقصان عقلها ؟ قال أليست شهادة المرأتين بشهادة رجل ؟ قيل يا رسول الله ما نقصان دينها ؟ قال أليست إذا حاضت لم تصل ولم تصم ؟
“Tidaklah aku pernah melihat orang yang kurang akal dan agamanya sehingga dapat menggoyangkan laki-laki yang teguh selain salah satu di antara kalian wahai wanita.” Lalu ada yang menanyakan kepada Rasulullah, ”Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud kurang akalnya?” Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam pun menjawab, ”Bukankah persaksian dua wanita sama dengan satu pria?” Ada yang menanyakan lagi, ”Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan kurang agamanya? ” Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam pun menjawab, ”Bukankah ketika seorang wanita mengalami haidh, dia tidak dapat melaksanakan shalat dan tidak dapat berpuasa?” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jadi, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kurang akalnya adalah dari sisi penjagaan dirinya dan persaksian tidak bisa sendirian, harus bersama wanita lainnya. Inilah kekurangannya, seringkali wanita itu lupa. Akhirnya dia pun sering menambah-nambah dan mengurang-ngurangi dalam persaksiannya. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman,
وَاسْتَشْهِدُوا شَهِيدَيْنِ مِنْ رِجَالِكُمْ فَإِنْ لَمْ يَكُونَا رَجُلَيْنِ فَرَجُلٌ وَامْرَأَتَانِ مِمَّنْ تَرْضَوْنَ مِنَ الشُّهَدَاءِ أَنْ تَضِلَّ إِحْدَاهُمَا فَتُذَكِّرَ إِحْدَاهُمَا الْأُخْرَى
“Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya.” (QS. Al Baqarah: 282)
Yang dimaksud dengan kurangnya agama adalah ketika wanita tersebut dalam kondisi haidh dan nifas, dia pun meninggalkan shalat dan puasa, juga dia tidak mengqodho shalatnya. Inilah yang dimaksud kurang agamanya. (Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 4/292)
Alasan Ketiga; Wanita ketika shalat berjama’ah menduduki shaf paling belakang
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
خَيْرُ صُفُوفِ الرِّجَالِ أَوَّلُهَا وَشَرُّهَا آخِرُهَا وَخَيْرُ صُفُوفِ النِّسَاءِ آخِرُهَا وَشَرُّهَا أَوَّلُهَا
“Sebaik-baik shof untuk laki-laki adalah paling depan sedangkan paling jeleknya adalah paling belakang, dan sebaik-baik shof untuk wanita adalah paling belakang sedangkan paling jeleknya adalah paling depan.” (HR. Muslim no. 440)
Alasan Keempat; Wanita tidak dapat menikahkan dirinya sendiri, tetapi harus dengan wali
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
لاَ نِكَاحَ إِلاَّ بِوَلِىٍّ
“Tidak ada nikah kecuali dengan wali.” (HR. Abu Daud no. 2085, Tirmidzi no. 1101 dan Ibnu Majah no. 1880. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih).
Alasan Kelima; Wanita menurut tabiatnya cenderung pada kerusakan
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا ، فَإِنَّهُنَّ خُلِقْنَ مِنْ ضِلَعٍ ، وَإِنَّ أَعْوَجَ شَىْءٍ فِى الضِّلَعِ أَعْلاَهُ ، فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ ، وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا
“Bersikaplah yang baik terhadap wanita karena sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk. Bagian yang paling bengkok dari tulang rusuk tersebut adalah bagian atasnya. Jika engkau memaksa untuk meluruskan tulang rusuk tadi, maka dia akan patah. Namun, jika kamu membiarkan wanita, ia akan selalu bengkok, maka bersikaplah yang baik terhadap wanita.” (HR. Bukhari no. 5184)
Alasan Keenam; Wanita mengalami haidh, hamil, melahirkan, dan menyusui
Allah Ta’ala berfirman,
وَاللَّائِي يَئِسْنَ مِنَ الْمَحِيضِ مِنْ نِسَائِكُمْ إِنِ ارْتَبْتُمْ فَعِدَّتُهُنَّ ثَلَاثَةُ أَشْهُرٍ وَاللَّائِي لَمْ يَحِضْنَ وَأُولَاتُ الْأَحْمَالِ أَجَلُهُنَّ أَنْ يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا
“Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. Ath Tholaq : 4)
Jika datang waktu seperti ini, maka di mana tanggung jawab wanita sebagai pemimpin?
Alasan Ketujuh; Wanita mudah putus asa dan tidak sabar
Kita telah menyaksikan pada saat kematian dan datangnya musibah, seringnya para wanita melakukan perbuatan yang terlarang dan melampaui batas seperti menampar pipi, memecah barang-barang, dan membanting badan. Padahal seorang pemimpin haruslah memiliki sifat sabar dan tabah.
Di Mana Kepemimpinan Wanita?
Wanita hanya diperbolehkan menjadi pemimpin di rumahnya, itu pun di bawah pengawasan suaminya, atau orang yang sederajat dengannya. Mereka memimpin dalam hal yang khusus yaitu terutama memelihara diri, mendidik anak dan memelihara harta suami yang ada di rumah. Tujuan dari ini semua adalah agar kebutuhan perbaikan keluarga teratasi oleh wanita sedangkan perbaikan masyarakat nantinya dilakukan oleh kaum laki-laki. Allah Ta’ala berfirman,
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآَتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (QS. Al Ahzab: 33)
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
وَالْمَرْأَةُ فِى بَيْتِ زَوْجِهَا رَاعِيَةٌ وَهْىَ مَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا
“Dan wanita menjadi pemimpin di rumah suaminya, dia akan dimintai pertanggungjawaban mengenai orang yang diurusnya.” (HR. Bukhari no. 2409)
Kita hendaknya menerima ketentuan Allah yang Maha Bijaksana ini. Bukanlah Allah membendung hak asasi manusia, tetapi Dialah yang mengatur makhluk-Nya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan kebahagiaannya masing-masing.
Masih Ngotot Adanya Persamaan Gender
Syaikh Bakar Abu Zaid berkata, “Masing-masing wajib mengimani dan menerima bahwa harus ada perbedaan antara laki-laki dan wanita, baik dari segi lahir dan batin, menurut tinjauan syari’at Islam. Masing-masing harus ridho dengan taqdir Allah dan syari’at Islam. Perbedaan ini adalah semata-mata menuju keadilan, dengan perbedaan ini kehidupan bermasyarakat menjadi teratur.
Tidak boleh masing-masing berharap memiliki kekhususan yang lain, sebab akan mengundang kemarahan Allah, karena masing-masing tidak menerima ketentuan Allah dan tidak ridho dengan hukum dan syari’at-Nya. Seorang hamba hendaknya memohon karunia kepada Rabbnya. Inilah adab syari’at Islam untuk menghilangkan kedengkian dan agar orang mukmin ridha dengan pemberian Allah. Oleh karena itu, Allah berfirman di dalam surat An Nisaa’ ayat 32 yang maksudnya adalah kita dilarang iri dengan kedudukan orang lain.
Selanjutnya, jika hanya berharap ingin meraih sifat lain jenis dilarang di dalam Al Qur’an, maka bagaimana apabila mengingkari syari’at Islam yang membedakan antara laki-laki dan wanita, menyeru manusia untuk menghapusnya, dan menuntut supaya ada kesamaan antara laki-laki dan wanita, yang sering disebut dengan istilah emansipasi wanita. Tidak diragukan lagi bahwa ini adalah teori sekuler, karena menentang taqdir Allah ….” (Hirosatul Fadhilah)
Sadarlah!
Inilah ketentuan di dalam Islam. Tentunya bila dilaksanakan, kebaikan dan kejayaan akan diraih kaum muslimin sebagaimana yang pernah dialami para Rasul, para sahabatnya, dan generasi sesudahnya. Tetapi jika peraturan ini dilanggar, jangan berharap perdamaian di dunia apalagi kenikmatan di akhirat. Tetapi lihatlah perzinaan dan fitnah wanita serta kehancuran aqidah, ibadah, akhlaq, dan ekonomi yang ini tidak bisa kita tutupi lagi, belum lagi besok di alam kubur, belum lagi di alam akhirat.
Ya Allah, tunjukilah kami (dengan izin-Mu) pada kebenaran dari apa-apa yang kami perselisihkan di dalamnya. Sesungguhnya Engkaulah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus.
Tulisan kali ini adalah lanjutan dari tulisan sebelumnya mengenai "Pemimpin Wanita dalam Tinjauan". Sekarang kita akan melihat mengapa wanita tidak pantas jadi pemimpin. Semoga bermanfaat.
Mengapa Wanita Tidak Jadi Pemimpin?
Alasan Pertama; Pemimpin wanita pasti merugikan
Abu Bakrah berkata,
لَمَّا بَلَغَ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – أَنَّ أَهْلَ فَارِسَ قَدْ مَلَّكُوا عَلَيْهِمْ بِنْتَ كِسْرَى قَالَ « لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا أَمْرَهُمُ امْرَأَةً »
“Tatkala ada berita sampai kepada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bahwa bangsa Persia mengangkat putri Kisro (gelar raja Persia dahulu) menjadi raja, beliau shallallahu ’alaihi wa sallam lantas bersabda, ” Suatu kaum itu tidak akan bahagia apabila mereka menyerahkan kepemimpinan mereka kepada wanita”. ” (HR. Bukhari no. 4425)
Dari hadits ini, para ulama bersepakat bahwa syarat al imam al a’zhom (kepala negara atau presiden) haruslah laki-laki. (Lihat Adhwa’ul Bayan, 3/34, Asy Syamilah)
Al Baghowiy mengatakan dalam Syarhus Sunnah (10/77) pada Bab ”Terlarangnya Wanita Sebagai Pemimpin”:
”Para ulama sepakat bahwa wanita tidak boleh jadi pemimpin dan juga hakim. Alasannya, karena pemimpin harus memimpin jihad. Begitu juga seorang pemimpin negara haruslah menyelesaikan urusan kaum muslimin. Seorang hakim haruslah bisa menyelesaikan sengketa. Sedangkan wanita adalah aurat, tidak diperkenankan berhias (apabila keluar rumah). Wanita itu lemah, tidak mampu menyelesaikan setiap urusan karena mereka kurang (akal dan agamanya). Kepemimpinan dan masalah memutuskan suatu perkara adalah tanggung jawab yang begitu urgent. Oleh karena itu yang menyelesaikannya adalah orang yang tidak memiliki kekurangan (seperti wanita) yaitu kaum pria-lah yang pantas menyelesaikannya.”
Alasan Kedua; Wanita kurang akal dan agama
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
مَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَذْهَبَ لِلُبِّ الرَّجُلِ الْحَازِمِ مِنْ إِحْدَاكُنَّ
“Tidaklah aku pernah melihat orang yang kurang akal dan agamanya sehingga dapat menggoyangkan laki-laki yang teguh selain salah satu di antara kalian wahai wanita.” (HR. Bukhari no. 304)
Apa yang dimaksud dengan kurang akal dan agamanya?
Ada yang menanyakan kepada Syaikh ’Abdul Aziz bin ’Abdillah bin Baz: Saya seringkali mendengar hadits ”wanita itu kurang akal dan agamanya.” Dari hadits ini sebagian pria akhirnya menganiaya para wanita. Oleh karena itu –wahai Syaikh- kami memintamu untuk menerangkan makna hadits ini.
Adapun makna hadits Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam:
ما رأيت من ناقصات عقل ودين أغلب للب الرجل الحازم من إحداكن فقيل يا رسول الله ما نقصان عقلها ؟ قال أليست شهادة المرأتين بشهادة رجل ؟ قيل يا رسول الله ما نقصان دينها ؟ قال أليست إذا حاضت لم تصل ولم تصم ؟
“Tidaklah aku pernah melihat orang yang kurang akal dan agamanya sehingga dapat menggoyangkan laki-laki yang teguh selain salah satu di antara kalian wahai wanita.” Lalu ada yang menanyakan kepada Rasulullah, ”Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud kurang akalnya?” Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam pun menjawab, ”Bukankah persaksian dua wanita sama dengan satu pria?” Ada yang menanyakan lagi, ”Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan kurang agamanya? ” Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam pun menjawab, ”Bukankah ketika seorang wanita mengalami haidh, dia tidak dapat melaksanakan shalat dan tidak dapat berpuasa?” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jadi, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kurang akalnya adalah dari sisi penjagaan dirinya dan persaksian tidak bisa sendirian, harus bersama wanita lainnya. Inilah kekurangannya, seringkali wanita itu lupa. Akhirnya dia pun sering menambah-nambah dan mengurang-ngurangi dalam persaksiannya. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman,
وَاسْتَشْهِدُوا شَهِيدَيْنِ مِنْ رِجَالِكُمْ فَإِنْ لَمْ يَكُونَا رَجُلَيْنِ فَرَجُلٌ وَامْرَأَتَانِ مِمَّنْ تَرْضَوْنَ مِنَ الشُّهَدَاءِ أَنْ تَضِلَّ إِحْدَاهُمَا فَتُذَكِّرَ إِحْدَاهُمَا الْأُخْرَى
“Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya.” (QS. Al Baqarah: 282)
Yang dimaksud dengan kurangnya agama adalah ketika wanita tersebut dalam kondisi haidh dan nifas, dia pun meninggalkan shalat dan puasa, juga dia tidak mengqodho shalatnya. Inilah yang dimaksud kurang agamanya. (Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 4/292)
Alasan Ketiga; Wanita ketika shalat berjama’ah menduduki shaf paling belakang
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
خَيْرُ صُفُوفِ الرِّجَالِ أَوَّلُهَا وَشَرُّهَا آخِرُهَا وَخَيْرُ صُفُوفِ النِّسَاءِ آخِرُهَا وَشَرُّهَا أَوَّلُهَا
“Sebaik-baik shof untuk laki-laki adalah paling depan sedangkan paling jeleknya adalah paling belakang, dan sebaik-baik shof untuk wanita adalah paling belakang sedangkan paling jeleknya adalah paling depan.” (HR. Muslim no. 440)
Alasan Keempat; Wanita tidak dapat menikahkan dirinya sendiri, tetapi harus dengan wali
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
لاَ نِكَاحَ إِلاَّ بِوَلِىٍّ
“Tidak ada nikah kecuali dengan wali.” (HR. Abu Daud no. 2085, Tirmidzi no. 1101 dan Ibnu Majah no. 1880. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih).
Alasan Kelima; Wanita menurut tabiatnya cenderung pada kerusakan
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا ، فَإِنَّهُنَّ خُلِقْنَ مِنْ ضِلَعٍ ، وَإِنَّ أَعْوَجَ شَىْءٍ فِى الضِّلَعِ أَعْلاَهُ ، فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ ، وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا
“Bersikaplah yang baik terhadap wanita karena sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk. Bagian yang paling bengkok dari tulang rusuk tersebut adalah bagian atasnya. Jika engkau memaksa untuk meluruskan tulang rusuk tadi, maka dia akan patah. Namun, jika kamu membiarkan wanita, ia akan selalu bengkok, maka bersikaplah yang baik terhadap wanita.” (HR. Bukhari no. 5184)
Alasan Keenam; Wanita mengalami haidh, hamil, melahirkan, dan menyusui
Allah Ta’ala berfirman,
وَاللَّائِي يَئِسْنَ مِنَ الْمَحِيضِ مِنْ نِسَائِكُمْ إِنِ ارْتَبْتُمْ فَعِدَّتُهُنَّ ثَلَاثَةُ أَشْهُرٍ وَاللَّائِي لَمْ يَحِضْنَ وَأُولَاتُ الْأَحْمَالِ أَجَلُهُنَّ أَنْ يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا
“Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. Ath Tholaq : 4)
Jika datang waktu seperti ini, maka di mana tanggung jawab wanita sebagai pemimpin?
Alasan Ketujuh; Wanita mudah putus asa dan tidak sabar
Kita telah menyaksikan pada saat kematian dan datangnya musibah, seringnya para wanita melakukan perbuatan yang terlarang dan melampaui batas seperti menampar pipi, memecah barang-barang, dan membanting badan. Padahal seorang pemimpin haruslah memiliki sifat sabar dan tabah.
Di Mana Kepemimpinan Wanita?
Wanita hanya diperbolehkan menjadi pemimpin di rumahnya, itu pun di bawah pengawasan suaminya, atau orang yang sederajat dengannya. Mereka memimpin dalam hal yang khusus yaitu terutama memelihara diri, mendidik anak dan memelihara harta suami yang ada di rumah. Tujuan dari ini semua adalah agar kebutuhan perbaikan keluarga teratasi oleh wanita sedangkan perbaikan masyarakat nantinya dilakukan oleh kaum laki-laki. Allah Ta’ala berfirman,
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآَتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (QS. Al Ahzab: 33)
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
وَالْمَرْأَةُ فِى بَيْتِ زَوْجِهَا رَاعِيَةٌ وَهْىَ مَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا
“Dan wanita menjadi pemimpin di rumah suaminya, dia akan dimintai pertanggungjawaban mengenai orang yang diurusnya.” (HR. Bukhari no. 2409)
Kita hendaknya menerima ketentuan Allah yang Maha Bijaksana ini. Bukanlah Allah membendung hak asasi manusia, tetapi Dialah yang mengatur makhluk-Nya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan kebahagiaannya masing-masing.
Masih Ngotot Adanya Persamaan Gender
Syaikh Bakar Abu Zaid berkata, “Masing-masing wajib mengimani dan menerima bahwa harus ada perbedaan antara laki-laki dan wanita, baik dari segi lahir dan batin, menurut tinjauan syari’at Islam. Masing-masing harus ridho dengan taqdir Allah dan syari’at Islam. Perbedaan ini adalah semata-mata menuju keadilan, dengan perbedaan ini kehidupan bermasyarakat menjadi teratur.
Tidak boleh masing-masing berharap memiliki kekhususan yang lain, sebab akan mengundang kemarahan Allah, karena masing-masing tidak menerima ketentuan Allah dan tidak ridho dengan hukum dan syari’at-Nya. Seorang hamba hendaknya memohon karunia kepada Rabbnya. Inilah adab syari’at Islam untuk menghilangkan kedengkian dan agar orang mukmin ridha dengan pemberian Allah. Oleh karena itu, Allah berfirman di dalam surat An Nisaa’ ayat 32 yang maksudnya adalah kita dilarang iri dengan kedudukan orang lain.
Selanjutnya, jika hanya berharap ingin meraih sifat lain jenis dilarang di dalam Al Qur’an, maka bagaimana apabila mengingkari syari’at Islam yang membedakan antara laki-laki dan wanita, menyeru manusia untuk menghapusnya, dan menuntut supaya ada kesamaan antara laki-laki dan wanita, yang sering disebut dengan istilah emansipasi wanita. Tidak diragukan lagi bahwa ini adalah teori sekuler, karena menentang taqdir Allah ….” (Hirosatul Fadhilah)
Sadarlah!
Inilah ketentuan di dalam Islam. Tentunya bila dilaksanakan, kebaikan dan kejayaan akan diraih kaum muslimin sebagaimana yang pernah dialami para Rasul, para sahabatnya, dan generasi sesudahnya. Tetapi jika peraturan ini dilanggar, jangan berharap perdamaian di dunia apalagi kenikmatan di akhirat. Tetapi lihatlah perzinaan dan fitnah wanita serta kehancuran aqidah, ibadah, akhlaq, dan ekonomi yang ini tidak bisa kita tutupi lagi, belum lagi besok di alam kubur, belum lagi di alam akhirat.
Ya Allah, tunjukilah kami (dengan izin-Mu) pada kebenaran dari apa-apa yang kami perselisihkan di dalamnya. Sesungguhnya Engkaulah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus.
-edCoustic_-_Nantikanku di Batas Waktu
Am Dm G C
Dikedalaman hatiku tersembunyi harapan yang suci
F Dm E
Tak perlu engkau menyangsikan
Am Dm G C
Lewat kesalihanmu yang terukir menghiasi dirimu
F Dm E
Tak perlu dengan kata-kata
Am Dm G C
Sungguh walau kukelu tuk mengungkapkan perasaanku
Am F Dm G
Namun penantianmu pada diriku jangan salahkan
Reff :
C G
Kalau memang kau pilihkan aku
Am Em F
Tunggu sampai aku datang nanti
C Dm G
Kubawa kau pergi kesyurga abadi
C G Am Em F
Kini belumlah saatnya aku membalas cintamu
F C G C
Nantikanku dibatas waktu
Download MP3nya di sini...
Dikedalaman hatiku tersembunyi harapan yang suci
F Dm E
Tak perlu engkau menyangsikan
Am Dm G C
Lewat kesalihanmu yang terukir menghiasi dirimu
F Dm E
Tak perlu dengan kata-kata
Am Dm G C
Sungguh walau kukelu tuk mengungkapkan perasaanku
Am F Dm G
Namun penantianmu pada diriku jangan salahkan
Reff :
C G
Kalau memang kau pilihkan aku
Am Em F
Tunggu sampai aku datang nanti
C Dm G
Kubawa kau pergi kesyurga abadi
C G Am Em F
Kini belumlah saatnya aku membalas cintamu
F C G C
Nantikanku dibatas waktu
Download MP3nya di sini...
Nama Terbaik untuk Buah Hati….
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Beberapa kesempatan yang lalu kami telah mengangkat pembahasan hadiah bagi si buah hati (serial pertama), yaitu mengenai tahnik (mengunyah makanan manis di saat bayi itu lahir). Sekarang kami akan mengutarakan pembahasan lainnya yaitu memberi nama terbaik bagi si buah hati. Pembahasan ini insya Allah masih berlanjut pada posting selanjutnya. Semoga bermanfaat.
Urgensi Pemberian Nama Terbaik
Nama dalam bahasa Arab disebut dengan isim. Makna isim bisa jadi adalah ‘alamat (tanda). Isim juga bisa bermakna as samuu (sesuatu yang tinggi). Sehingga isim (nama) adalah tanda yang tertinggi (mencolok) pada seseorang.
Dengan nama inilah akan membedakan seseorang dan lainnya. Di antara maksud inilah para ulama bersepakat (berijma’) tentang wajibnya pemberian nama pada laki-laki dan perempuan.[1] Sehingga tidak boleh seseorang pun di muka bumi ini yang tidak memiliki nama. Karena jika tidak punya nama, bagaimana bisa membedakannya dari manusia lainnya.
Karena pentingnya seseorang memiliki nama, sampai-sampai para pakar hadits ketika menemukan hadits terdapat seorang perowi yang mubham (tidak dikenal namanya), mereka pun mendhoifkan hadits tersebut sampai diketahui jelas siapa nama perowi tersebut.
Di antara urgensi pemberian nama terbaik disebabkan nama dapat membawa pengaruh pada orang yang diberi nama. Oleh karena itu, orang Arab mengatakan,
لِكُلِّ مُسَمَّى مِنْ اِسْمِهِ نَصِيْبٌ
“Setiap orang akan mendapatkan pengaruh dari nama yang diberikan padanya.”
Ini menunjukkan bahwa jika nama yang diberikan adalah nama yang terbaik, maka atsarnya (pengaruhnya) pun baik. Oleh karenanya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan bahwa nama yang terbaik adalah ‘Abdullah karena nama tersebut menunjukkan penghambaan murni pada Allah. Begitu pula, dalam beberapa hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang memberi nama dengan nama yang buruk seperti ‘Ashiyah (wanita yang bermaksiat, dengan huruf ‘ain dan shod), Hazn (sedih) dan Zahm (sempit).
Intinya, nama begitu pengaruh dalam diri orang yang diberi nama. Coba bayangkan bagaimana jika seorang anak diberi nama dengan Hazn (sedih), pasti ia akan jadi orang yang terus-terusan bersedih karena mengingat namanya tersebut. Itulah urgensi penting dalam pemberian nama bagi si buah hati.
Pengaruh lainnya lagi, dari nama terbaik, seseorang dapat mengetahui bagaimanakah orang tuanya. Orang tuanya dapat diketahui dari nama anaknya, apakah ortunya itu sholih atau tholih (lawan dari sholih). Sebagaimana orang arab pun mengatakan,
مِنْ اِسْمِكَ أَعْرِفُ أَبَاكَ
“Dari namamu, aku bisa mengetahui bagaimanakah ayahmu.”
Dari nama yang baik pula, seseorang bisa menyebarkan kebaikan. Lihatlah bagaimana jika seseorang diberi nama “Musa”. Dari nama ini, setiap orang yang mendengar nama tersebut bisa mengingat bagaimanakah sifat dan akhlaq mulia dari Nabi Musa ‘alaihis salam. Oleh karena itu, pemberian nama yang baik di sini termasuk menyebar sunnah hasanah di tengah-tengah umat. Maksud kami ini sebagaimana disebutkan dalam hadits,
مَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا
“Barangsiapa yang memulai mengerjakan perbuatan baik dalam Islam, maka dia akan memperoleh pahalanya dan pahala orang yang mencontoh perbuatan itu.” (HR. Muslim no. 1017)[2]
Inilah di antara urgensi memberi nama yang baik.
Waktu Terbaik dalam Pemberian Nama
Mengenai waktu terbaik dalam pemberian nama dapat kita lihat dalam hadits-hadits berikut.
Dari Anas bin Malik, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وُلِدَ لِىَ اللَّيْلَةَ غُلاَمٌ فَسَمَّيْتُهُ بِاسْمِ أَبِى إِبْرَاهِيمَ
“Semalam telah lahir anakku dan kuberi nama seperti ayahku yaitu Ibrahim.” (HR. Muslim no. 2315)
Dari Abu Musa, ia mengatakan,
وُلِدَ لِى غُلاَمٌ ، فَأَتَيْتُ بِهِ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - فَسَمَّاهُ إِبْرَاهِيمَ ، فَحَنَّكَهُ بِتَمْرَةٍ ، وَدَعَا لَهُ بِالْبَرَكَةِ ، وَدَفَعَهُ إِلَىَّ ، وَكَانَ أَكْبَرَ وَلَدِ أَبِى مُوسَى .
“Anak laki-lakiku lahir, kemudian aku membawanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau lalu memberinya nama Ibrahim, beliau menyuapinya dengan kunyahan kurma dan mendoakannya dengan keberkahan, setelah itu menyerahkannya kepadaku." Ibrahim adalah anak tertua Abu Musa.” (HR. Bukhari no. 5467, 6198 dan Muslim no. 2145)
Dari Samurah bin Jundub bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata,
كُلُّ غُلاَمٍ رَهِينَةٌ بِعَقِيقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ سَابِعِهِ وَيُحْلَقُ وَيُسَمَّى
"Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya, disembelihkan untuknya pada hari ketujuhnya, dicukur rambutnya dan diberi nama." (HR. Abu Daud no. 2838, An Nasai no. 4220, Ibnu Majah nol. 3165, Ahmad 5/12. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dari hadits Abu Musa di atas, Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, “Hadits ini menunjukkan bahwa Abu Musa bersegera membawa bayinya yang baru lahir kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu ditahnik setelah diberi nama sebelumnya. Dalil ini menunjukkan bahwa bersegera dalam pemberian nama pada si buah hati itu lebih baik, dan tidak mesti menunggu pemberian nama pada hari ketujuh.”[3]
Al Baihaqi mengatakan, “Hadits yang membicarakan pemberian nama pada si buah hati di hari kelahiran lebih shahih daripada hadits yang menunjukkan pemberian nama pada hari ketujuh.”[4]
Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah dalam kitabnya Tasmiyatul Mawlud mengatakan, “Terdapat dalam sunnah Nabi shalllallahu ‘alaihi wa sallam bahwa pemberian nama itu ada tiga waktu:
1. Di hari kelahiran,
2. Sampai hari ketiga dari hari kelahiran,
3. Di hari ketujuh dari kelahiran,
Perbedaan ini adalah perbedaan variatif dan dalam hal ini ada kelonggaran untuk memilih salah satunya.”[5]
Apa yang disebutkan oleh Syaikh Bakr Abu Zaid sama halnya dengan yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitabnya Tuhfatul Mawdud[6]. Namun sebagaimana kata Ibnu Hajar di atas, dalam pemberian nama lebih cepat itu lebih baik yaitu lebih bagus memberi nama pada hari pertama. Wallahu a’lam.
Pemberian Nama dan Nasab Menjadi Hak Ayah (Bukan Ibu)
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,”Mengenai pemberian nama menjadi hak ayah itu tidak ada perselisihan di antara para ulama. Hadits-hadits sebelumnya (yang membicarakan tentang pemberian nama, pen) juga menunjukkan akan hal ini. ”
Beliau rahimahullah juga mengatakan, “Sebagaimana tidak ada perselisihan bahwa ayah yang berhak memberi nama, maka tidak ada perselisihan pula mengenai masalah anak dipanggil dengan nama ayahnya bukan dengan nama ibunya. Sehingga anak tersebut dipanggil dengan fulan bin fulan (dan bukan fulan bin fulanah, pen). Di antara dalil yang menunjukkan hal ini, firman Allah Ta’ala,
ادْعُوهُمْ لِآَبَائِهِمْ هُوَ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ
“Panggilah mereka dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka.” (QS. Al Ahzab: 5). Anak hanyalah mengikuti ibunya dalam masalah merdeka atau budak. Sedangkan ia tetap mengikuti ayahnya dalam nasab dan dalam pemberian nama.” [7]
Dalil lain yang dapat kita lihat adalah hadits dari Ibnu Umar, dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا جَمَعَ اللَّهُ الأَوَّلِينَ وَالآخِرِينَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرْفَعُ لِكُلِّ غَادِرٍ لِوَاءٌ فَقِيلَ هَذِهِ غَدْرَةُ فُلاَنِ بْنِ فُلاَنٍ
"Apabila Allah mengumpulkan orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terakhir kelak di hari Kiamat, maka akan dikibarkan bendera bagi setiap pengkhianat, lalu dikatakan, 'Ini adalah bendera si fulan bin fulan'." (HR. Muslim no. 1735). Hadits ini menunjukkan bahwa seseorang akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama bapak mereka (fulan bin fulan), bukan nama ibu mereka (fulan bin fulanah).
Urutan Nama Terbaik Bagi Si Buah Hati[8]
Urutan pertama: Nama Abdullah dan Abdurrahman
Dalam ktab Al Adzkar, Imam An Nawawi Asy Syafi’i rahimahullah menyebutkan Bab “Penjelasan nama yang paling dicintai oleh Allah”. Lantas beliau bawakan dua hadits berikut ini.
Dari Ibnu ‘Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَحَبَّ أَسْمَائِكُمْ إِلَى اللَّهِ عَبْدُ اللَّهِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ
“Sesungguhnya nama kalian yang paling dicintai di sisi Allah adalah ‘Abdullah dan ‘Abdurrahman.”(HR. Muslim no. 2132)
Dari Jabir bin ‘Abdillah, ia berkata,
وُلِدَ لِرَجُلٍ مِنَّا غُلاَمٌ فَسَمَّاهُ الْقَاسِمَ فَقُلْنَا لاَ نَكْنِيكَ أَبَا الْقَاسِمِ وَلاَ كَرَامَةَ . فَأَخْبَرَ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - فَقَالَ « سَمِّ ابْنَكَ عَبْدَ الرَّحْمَنِ »
“Seorang laki-laki di antara kami ada yang memiliki anak, kemudian dia memberi nama "Al Qasim”. Maka kami berkata, "Kami tidak akan menjuluki kamu dengan Abu Al Qasim dan kami tidak akan memuliakannya. Lalu orang tersebut memberitahukan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Maka beliau bersabda, "Berilah anakmu nama Abdurrahman." (HR. Bukhari no. 6186)
Kedua nama ini memiliki keunggulan dari segi:
Pertama: Nama ini mengandung sifat penghambaan yang khusus antara hamba dan Allah dibanding dengan nama-nama (yang bersandar pada asmaul husna) lainnya. Karena nama ‘Abdullah mengandung sifat ubudiyah (penghambaan dalam ibadah) dan ini hanya ada kaitannya antara Allah dan hamba. Begitu pula nama ‘Abdurrahman mengandung sifat ubudiyah (penghambaan) karena sifat Ar Rahman adalah sifat rahmat yang khusus antara hamba dan Allah.[9]
Kedua: Nama berupa penghambaan yang terdapat dalam kedua nama tersebut dikhususkan dalam Al Qur’an dari nama-nama terbaik lainnya. Semisal dapat ayat-ayat berikut,
وَأَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ يَدْعُوهُ كَادُوا يَكُونُونَ عَلَيْهِ لِبَدًا
“Dan bahwasanya tatkala Abdullah (yaitu hamba Allah, Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadat), hampir saja jin-jin itu desak mendesak mengerumuninya.” (QS. Al Jin: 19)
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
“Dan ‘Ibadurrahman (hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang) itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS. Al Furqon: 63)
قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى
“Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik)” (QS. Al Isro’: 110)
Ketiga: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi nama pada anak pamannya (Al ‘Abbas) dengan nama Abdullah.
Keempat: Sekitar 300 sahabat Nabi memiliki nama Abdullah.[10]
Urutan kedua: Nama bentuk penghambaan pada asmaul husna lainnya.
Seperti Abdul ‘Aziz, ‘Abdul Malik, Abdur Rozaq, Abdul Halim, dan Abdul Muhsin.[11]
Urutan ketiga: Nama para Nabi dan Rasul Allah
Seperti Adam, Nuh, Musa, Ibrahim, Isa dan Muhammad, yang intinya ada 25 nama Nabi yang disebutkan dalam Al Qur’an.
Dari Al Mughirah bin Syu'bah ia berkata, “Ketika aku mendatangi kota Najran, para penduduknya bertanya kepadaku: Sesungguhnya kalian membaca "Wahai saudara Harun". Padahal Musa hidup sebelum Isa berjarak beberapa tahun. Maka ketika aku datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, aku menanyakan hal itu kepada beliau, dan beliau pun menjawab,
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَمُّونَ بِأَنْبِيَائِهِمْ وَالصَّالِحِينَ قَبْلَهُمْ
“Dulu mereka memberi nama dengan nama-nama para Nabi mereka dan orang-orang shaleh dari kaum sebelum mereka.” (HR. Muslim no. 2135)
Dalil lainnya adalah bolehnya memiliki nama seperti nama “Muhammad”, nama Nabi kita. Bahkan nama inilah yang terbaik dari nama para Nabi ‘alaihimus salam lainnya[12]. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَسَمَّوْا بِاسْمِى وَلاَ تَكَنَّوْا بِكُنْيَتِى
“Berilah nama dengan namaku (Muhammad) dan janganlah kalian berkunyah dengan kunyahku (Abul Qosim)”. (HR. Bukhari no. 6187 dan Muslim no. 2134)
An Nawawi membawakan hadits-hadits di atas dalam Bab “Larangan berkunyah dengan Abul Qosim dan penjelasan mengenai nama-nama yang disunnahkan.” Hal ini menunjukkan bahwa nama para Nabi dan Rasul adalah di antara nama terbaik yang bisa digunakan.
An Nawawi dalam Syarh Muslim menjelaskan, “Dari hadits ini sekelompok ulama berdalil bahwa bolehnya memberi nama dengan nama para Nabi ‘alaihimus salaam, bahkan ini adalah ijma’ (kesepakatan) ulama. Kecuali Umar bin Khottob yang berpendapat agak sedikit berbeda dalam hal ini.”[13]
Urutan keempat: Nama orang sholeh
Dalil hal ini sudah disebutkan sebelumnya dalam hadits Al Mughirah bin Syu'bah. Yang paling baik digunakan adalah nama para sahabat karena merekalah generasi terbaik dari umat ini. Seutama-utama dari mereka adalah para Khulafaur Rosyidin, yaitu Abdullah (Abu Bakr), ‘Umar, ‘Utsman, dan ‘Ali.
Untuk anak perempuan bisa menggunakan nama istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (Ummahatul Mukminin). Menurut pendapat yang kuat, istri yang dinikahi oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada 11[14] :
1. Khadijah binti Khuwailid;
2. Saudah binti Zum’ah;
3. Aisyah binti Abu Bakar Ash Shidiq;
4. Hafshoh binti Umar bin Al Khaththab;
5. Zainab binti Khuzaimah;
6. Ummu Salamah Hindun binti Abu Umayyah;
7. Zainab binti Jahsy bin Rayyab;
8. Juwairiyyah binti Al Harits;
9. Ummu Habibah Romlah binti Abu Sufyan;
10. Shofiyah binti Huyai bin Akhthab;
11. Maimunah binti Al Harits.[15]
Sebagai contoh yang menggunakan nama sahabat adalah anak-anak Az Zubair bin Al ‘Awam. Beliau menamakan sembilan anaknya dengan nama para sahabat yang mengikuti perang Badar. Anak-anaknya tersebut diberi nama:
1. ‘Abdullah
2. Al Mundzir
3. ‘Urwah
4. Hamzah
5. Ja’far
6. Mush’ab
7. ‘Ubaidah
8. Kholid
9. ‘Umar[16]
Urutan kelima: Nama lainnya yang memenuhi syarat dan adab
Syarat dalam pemberian nama sebagai berikut:
Syarat Pertama: Menggunakan bahasa Arab.
Dari sini, menunjukkan terlarangnya menggunakan nama-nama bukan Arab seperti Joseph, Robert, Markus, Julia dan Diana.
Syarat Kedua: Memiliki susunan dan makna yang bagus.
Sehingga dari sini tidak boleh menggunakan nama makruh dan terlarang. Begitu juga terlarang menggunakan nama yang mengandung celaan dan mengandung tazkiyah (menetapkan kesucian dirinya). Oleh karena itu, nama semacam ini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai merubahnya.
Ath Thobari rahimahullah mengatakan, “Tidak sepantasnya seseorang memakai nama dengan nama yang jelek maknanya atau menggunakan nama yang mengandung tazkiyah (menetapkan kesucian dirinya), dan tidak boleh pula dengan nama yang mengandung celaan. Seharusnya nama yang tepat adalah nama yang menunjukkan tanda bagi seseorang saja dan bukan dimaksudkan sebagai hakikat sifat. Akan tetapi, dihukumi makruh jika seseorang bernama dengan nama yang langsung menunjukkan sifat dari orang yang diberi nama. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengganti beberapa nama ke nama yang benar-benar menunjukkan sifat orang tersebut. Beliau melakukan semacam itu bukan maksud melarangnya, akan tetapi untuk maksud ikhtiyar (menunjukkan pilihan yang lebih baik).”[17]
Adab dalam pemberian nama yang sebisa mungkin dilakukan:
Pertama: Menggunakan nama sesuai urutan terbaik yang telah kami jelaskan di awal.
Kedua: Menggunakan nama yang terdiri dari huruf yang jumlahnya sedikit.
Ketiga: Menggunakan nama yang mudah diucapkan di lisan.
Keempat: Memudahkan orang yang mendengar untuk mengingatnya.
Kelima: Menggunakan nama yang cocok dengan orang yang diberi nama dan tidak keluar dari kebiasaan yang dipakai dalam agamanya atau masyarakat sekitarnya.[18]
Dari penjelasan adab tambahan ini menunjukkan bahwa nama yang kurang bagus adalah nama yang terdiri dari banyak kata seperti: Andika Syarifudin Guntur Prasetyo, Linggar Simping Pembayun Retno Utami. Nama ini kurang disukai karena orang-orang akan beranggapan bahwa satu nama ini terdiri dari beberapa orang. Inilah sisi kurang bagusnya untuk nama-nama semisal itu.
Insya Allah, untuk pembahasan ini kami masih lanjutkan dalam tulisan selanjutnya yaitu mengenai nama yang haram dan makruh untuk digunakan. Semoga Allah mudahkan.
Semoga pembahasan ini bermanfaat bagi siapa saja yang menanti buah hatinya. Semoga Allah beri keberkahan.
Diselesaikan di waktu ‘Ashar, 11 Jumadil Awwal 1431 H (25/04/2010), Panggang-GK.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.rumaysho.com
[1] Marootibul Ijma’, hal. 154.
[2] Hadits ini dibawakan oleh An Nawawi dalam Bab “Dorongan untuk sedekah meskipun dengan setengah biji kurma atau kalimat yang baik”, juga pada Bab “Barangsiapa membuat contoh yang baik atau yang jelek, atau mengajak pada yang petunjuk atau kesesatan.”
[3] Fathul Baari, Ibnu Hajar Al Asqolani, 9/588, Darul Ma’rifah, Beirut, 1379
[4] Fathul Baari, 9/589.
[5] Tasmiyatul Mawlud, Syaikh Bakr bin ‘Abdillah Abu Zaid, hal. 28, Darul ‘Ashimah, cetakan ketiga, tahun 1416 H
[6] Lihat Tuhfatul Mawdud, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, Bab VIII, pasal pertama, Maktabah Darul Bayan, 1391 H
[7] Tuhfatul Mawdud, hal. 135.
[8] Kami urutkan berdasarkan penyebutan Syaikh Bakr Abu Zaid dalam kitabnya “Tasmiyatul Mawlud”.
[9] Faedah dari Al Futuhaat Ar Robbaniyah ‘alal Adzkar An Nawawiyah, Ibnu ‘Allan Asy Syafi’i, 6/72, Darul Kutub Al ‘Imiyyah, cetakan pertama, tahun 1424 H.
[10] Faedah dari Tasyimatul Mawlud, hal. 32-33.
[11] Lihat Tasyimatul Mawlud, hal. 33-34.
[12] Lihat Tasyimatul Mawlud, hal. 36.
[13] Syarh Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi, 14/117, Dar Ihya’ At Turots, cetakan kedua, 1392.
[14] Sebagaimana hal ini disebutkan dalam kitab Shiroh Nabi, Ar Rohiqul Makhtum.
[15] Mereka inilah para wanita yang pernah dinikahi Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan beliau hidup bersama mereka. Ada dua orang yang meninggal dunia semasa beliau masih hidup yaitu Khadijah dan Zainab binti Khuzaimah, yang berarti beliau meninggal dunia dengan meninggalkan sembilan janda.
[16] Lihat Tasmiyatul Mawlud, hal. 38.
[17] Dinukil dari Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, 10/577, Darul Ma’rifah, 1379.
[18] Lihat syarat dan adab pemberian nama dalam Tasmiyatul Mawlud, hal. 39-43.
Beberapa kesempatan yang lalu kami telah mengangkat pembahasan hadiah bagi si buah hati (serial pertama), yaitu mengenai tahnik (mengunyah makanan manis di saat bayi itu lahir). Sekarang kami akan mengutarakan pembahasan lainnya yaitu memberi nama terbaik bagi si buah hati. Pembahasan ini insya Allah masih berlanjut pada posting selanjutnya. Semoga bermanfaat.
Urgensi Pemberian Nama Terbaik
Nama dalam bahasa Arab disebut dengan isim. Makna isim bisa jadi adalah ‘alamat (tanda). Isim juga bisa bermakna as samuu (sesuatu yang tinggi). Sehingga isim (nama) adalah tanda yang tertinggi (mencolok) pada seseorang.
Dengan nama inilah akan membedakan seseorang dan lainnya. Di antara maksud inilah para ulama bersepakat (berijma’) tentang wajibnya pemberian nama pada laki-laki dan perempuan.[1] Sehingga tidak boleh seseorang pun di muka bumi ini yang tidak memiliki nama. Karena jika tidak punya nama, bagaimana bisa membedakannya dari manusia lainnya.
Karena pentingnya seseorang memiliki nama, sampai-sampai para pakar hadits ketika menemukan hadits terdapat seorang perowi yang mubham (tidak dikenal namanya), mereka pun mendhoifkan hadits tersebut sampai diketahui jelas siapa nama perowi tersebut.
Di antara urgensi pemberian nama terbaik disebabkan nama dapat membawa pengaruh pada orang yang diberi nama. Oleh karena itu, orang Arab mengatakan,
لِكُلِّ مُسَمَّى مِنْ اِسْمِهِ نَصِيْبٌ
“Setiap orang akan mendapatkan pengaruh dari nama yang diberikan padanya.”
Ini menunjukkan bahwa jika nama yang diberikan adalah nama yang terbaik, maka atsarnya (pengaruhnya) pun baik. Oleh karenanya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan bahwa nama yang terbaik adalah ‘Abdullah karena nama tersebut menunjukkan penghambaan murni pada Allah. Begitu pula, dalam beberapa hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang memberi nama dengan nama yang buruk seperti ‘Ashiyah (wanita yang bermaksiat, dengan huruf ‘ain dan shod), Hazn (sedih) dan Zahm (sempit).
Intinya, nama begitu pengaruh dalam diri orang yang diberi nama. Coba bayangkan bagaimana jika seorang anak diberi nama dengan Hazn (sedih), pasti ia akan jadi orang yang terus-terusan bersedih karena mengingat namanya tersebut. Itulah urgensi penting dalam pemberian nama bagi si buah hati.
Pengaruh lainnya lagi, dari nama terbaik, seseorang dapat mengetahui bagaimanakah orang tuanya. Orang tuanya dapat diketahui dari nama anaknya, apakah ortunya itu sholih atau tholih (lawan dari sholih). Sebagaimana orang arab pun mengatakan,
مِنْ اِسْمِكَ أَعْرِفُ أَبَاكَ
“Dari namamu, aku bisa mengetahui bagaimanakah ayahmu.”
Dari nama yang baik pula, seseorang bisa menyebarkan kebaikan. Lihatlah bagaimana jika seseorang diberi nama “Musa”. Dari nama ini, setiap orang yang mendengar nama tersebut bisa mengingat bagaimanakah sifat dan akhlaq mulia dari Nabi Musa ‘alaihis salam. Oleh karena itu, pemberian nama yang baik di sini termasuk menyebar sunnah hasanah di tengah-tengah umat. Maksud kami ini sebagaimana disebutkan dalam hadits,
مَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا
“Barangsiapa yang memulai mengerjakan perbuatan baik dalam Islam, maka dia akan memperoleh pahalanya dan pahala orang yang mencontoh perbuatan itu.” (HR. Muslim no. 1017)[2]
Inilah di antara urgensi memberi nama yang baik.
Waktu Terbaik dalam Pemberian Nama
Mengenai waktu terbaik dalam pemberian nama dapat kita lihat dalam hadits-hadits berikut.
Dari Anas bin Malik, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وُلِدَ لِىَ اللَّيْلَةَ غُلاَمٌ فَسَمَّيْتُهُ بِاسْمِ أَبِى إِبْرَاهِيمَ
“Semalam telah lahir anakku dan kuberi nama seperti ayahku yaitu Ibrahim.” (HR. Muslim no. 2315)
Dari Abu Musa, ia mengatakan,
وُلِدَ لِى غُلاَمٌ ، فَأَتَيْتُ بِهِ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - فَسَمَّاهُ إِبْرَاهِيمَ ، فَحَنَّكَهُ بِتَمْرَةٍ ، وَدَعَا لَهُ بِالْبَرَكَةِ ، وَدَفَعَهُ إِلَىَّ ، وَكَانَ أَكْبَرَ وَلَدِ أَبِى مُوسَى .
“Anak laki-lakiku lahir, kemudian aku membawanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau lalu memberinya nama Ibrahim, beliau menyuapinya dengan kunyahan kurma dan mendoakannya dengan keberkahan, setelah itu menyerahkannya kepadaku." Ibrahim adalah anak tertua Abu Musa.” (HR. Bukhari no. 5467, 6198 dan Muslim no. 2145)
Dari Samurah bin Jundub bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata,
كُلُّ غُلاَمٍ رَهِينَةٌ بِعَقِيقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ سَابِعِهِ وَيُحْلَقُ وَيُسَمَّى
"Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya, disembelihkan untuknya pada hari ketujuhnya, dicukur rambutnya dan diberi nama." (HR. Abu Daud no. 2838, An Nasai no. 4220, Ibnu Majah nol. 3165, Ahmad 5/12. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dari hadits Abu Musa di atas, Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, “Hadits ini menunjukkan bahwa Abu Musa bersegera membawa bayinya yang baru lahir kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu ditahnik setelah diberi nama sebelumnya. Dalil ini menunjukkan bahwa bersegera dalam pemberian nama pada si buah hati itu lebih baik, dan tidak mesti menunggu pemberian nama pada hari ketujuh.”[3]
Al Baihaqi mengatakan, “Hadits yang membicarakan pemberian nama pada si buah hati di hari kelahiran lebih shahih daripada hadits yang menunjukkan pemberian nama pada hari ketujuh.”[4]
Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah dalam kitabnya Tasmiyatul Mawlud mengatakan, “Terdapat dalam sunnah Nabi shalllallahu ‘alaihi wa sallam bahwa pemberian nama itu ada tiga waktu:
1. Di hari kelahiran,
2. Sampai hari ketiga dari hari kelahiran,
3. Di hari ketujuh dari kelahiran,
Perbedaan ini adalah perbedaan variatif dan dalam hal ini ada kelonggaran untuk memilih salah satunya.”[5]
Apa yang disebutkan oleh Syaikh Bakr Abu Zaid sama halnya dengan yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitabnya Tuhfatul Mawdud[6]. Namun sebagaimana kata Ibnu Hajar di atas, dalam pemberian nama lebih cepat itu lebih baik yaitu lebih bagus memberi nama pada hari pertama. Wallahu a’lam.
Pemberian Nama dan Nasab Menjadi Hak Ayah (Bukan Ibu)
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,”Mengenai pemberian nama menjadi hak ayah itu tidak ada perselisihan di antara para ulama. Hadits-hadits sebelumnya (yang membicarakan tentang pemberian nama, pen) juga menunjukkan akan hal ini. ”
Beliau rahimahullah juga mengatakan, “Sebagaimana tidak ada perselisihan bahwa ayah yang berhak memberi nama, maka tidak ada perselisihan pula mengenai masalah anak dipanggil dengan nama ayahnya bukan dengan nama ibunya. Sehingga anak tersebut dipanggil dengan fulan bin fulan (dan bukan fulan bin fulanah, pen). Di antara dalil yang menunjukkan hal ini, firman Allah Ta’ala,
ادْعُوهُمْ لِآَبَائِهِمْ هُوَ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ
“Panggilah mereka dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka.” (QS. Al Ahzab: 5). Anak hanyalah mengikuti ibunya dalam masalah merdeka atau budak. Sedangkan ia tetap mengikuti ayahnya dalam nasab dan dalam pemberian nama.” [7]
Dalil lain yang dapat kita lihat adalah hadits dari Ibnu Umar, dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا جَمَعَ اللَّهُ الأَوَّلِينَ وَالآخِرِينَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرْفَعُ لِكُلِّ غَادِرٍ لِوَاءٌ فَقِيلَ هَذِهِ غَدْرَةُ فُلاَنِ بْنِ فُلاَنٍ
"Apabila Allah mengumpulkan orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terakhir kelak di hari Kiamat, maka akan dikibarkan bendera bagi setiap pengkhianat, lalu dikatakan, 'Ini adalah bendera si fulan bin fulan'." (HR. Muslim no. 1735). Hadits ini menunjukkan bahwa seseorang akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama bapak mereka (fulan bin fulan), bukan nama ibu mereka (fulan bin fulanah).
Urutan Nama Terbaik Bagi Si Buah Hati[8]
Urutan pertama: Nama Abdullah dan Abdurrahman
Dalam ktab Al Adzkar, Imam An Nawawi Asy Syafi’i rahimahullah menyebutkan Bab “Penjelasan nama yang paling dicintai oleh Allah”. Lantas beliau bawakan dua hadits berikut ini.
Dari Ibnu ‘Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَحَبَّ أَسْمَائِكُمْ إِلَى اللَّهِ عَبْدُ اللَّهِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ
“Sesungguhnya nama kalian yang paling dicintai di sisi Allah adalah ‘Abdullah dan ‘Abdurrahman.”(HR. Muslim no. 2132)
Dari Jabir bin ‘Abdillah, ia berkata,
وُلِدَ لِرَجُلٍ مِنَّا غُلاَمٌ فَسَمَّاهُ الْقَاسِمَ فَقُلْنَا لاَ نَكْنِيكَ أَبَا الْقَاسِمِ وَلاَ كَرَامَةَ . فَأَخْبَرَ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - فَقَالَ « سَمِّ ابْنَكَ عَبْدَ الرَّحْمَنِ »
“Seorang laki-laki di antara kami ada yang memiliki anak, kemudian dia memberi nama "Al Qasim”. Maka kami berkata, "Kami tidak akan menjuluki kamu dengan Abu Al Qasim dan kami tidak akan memuliakannya. Lalu orang tersebut memberitahukan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Maka beliau bersabda, "Berilah anakmu nama Abdurrahman." (HR. Bukhari no. 6186)
Kedua nama ini memiliki keunggulan dari segi:
Pertama: Nama ini mengandung sifat penghambaan yang khusus antara hamba dan Allah dibanding dengan nama-nama (yang bersandar pada asmaul husna) lainnya. Karena nama ‘Abdullah mengandung sifat ubudiyah (penghambaan dalam ibadah) dan ini hanya ada kaitannya antara Allah dan hamba. Begitu pula nama ‘Abdurrahman mengandung sifat ubudiyah (penghambaan) karena sifat Ar Rahman adalah sifat rahmat yang khusus antara hamba dan Allah.[9]
Kedua: Nama berupa penghambaan yang terdapat dalam kedua nama tersebut dikhususkan dalam Al Qur’an dari nama-nama terbaik lainnya. Semisal dapat ayat-ayat berikut,
وَأَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ يَدْعُوهُ كَادُوا يَكُونُونَ عَلَيْهِ لِبَدًا
“Dan bahwasanya tatkala Abdullah (yaitu hamba Allah, Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadat), hampir saja jin-jin itu desak mendesak mengerumuninya.” (QS. Al Jin: 19)
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
“Dan ‘Ibadurrahman (hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang) itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS. Al Furqon: 63)
قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى
“Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik)” (QS. Al Isro’: 110)
Ketiga: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi nama pada anak pamannya (Al ‘Abbas) dengan nama Abdullah.
Keempat: Sekitar 300 sahabat Nabi memiliki nama Abdullah.[10]
Urutan kedua: Nama bentuk penghambaan pada asmaul husna lainnya.
Seperti Abdul ‘Aziz, ‘Abdul Malik, Abdur Rozaq, Abdul Halim, dan Abdul Muhsin.[11]
Urutan ketiga: Nama para Nabi dan Rasul Allah
Seperti Adam, Nuh, Musa, Ibrahim, Isa dan Muhammad, yang intinya ada 25 nama Nabi yang disebutkan dalam Al Qur’an.
Dari Al Mughirah bin Syu'bah ia berkata, “Ketika aku mendatangi kota Najran, para penduduknya bertanya kepadaku: Sesungguhnya kalian membaca "Wahai saudara Harun". Padahal Musa hidup sebelum Isa berjarak beberapa tahun. Maka ketika aku datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, aku menanyakan hal itu kepada beliau, dan beliau pun menjawab,
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَمُّونَ بِأَنْبِيَائِهِمْ وَالصَّالِحِينَ قَبْلَهُمْ
“Dulu mereka memberi nama dengan nama-nama para Nabi mereka dan orang-orang shaleh dari kaum sebelum mereka.” (HR. Muslim no. 2135)
Dalil lainnya adalah bolehnya memiliki nama seperti nama “Muhammad”, nama Nabi kita. Bahkan nama inilah yang terbaik dari nama para Nabi ‘alaihimus salam lainnya[12]. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَسَمَّوْا بِاسْمِى وَلاَ تَكَنَّوْا بِكُنْيَتِى
“Berilah nama dengan namaku (Muhammad) dan janganlah kalian berkunyah dengan kunyahku (Abul Qosim)”. (HR. Bukhari no. 6187 dan Muslim no. 2134)
An Nawawi membawakan hadits-hadits di atas dalam Bab “Larangan berkunyah dengan Abul Qosim dan penjelasan mengenai nama-nama yang disunnahkan.” Hal ini menunjukkan bahwa nama para Nabi dan Rasul adalah di antara nama terbaik yang bisa digunakan.
An Nawawi dalam Syarh Muslim menjelaskan, “Dari hadits ini sekelompok ulama berdalil bahwa bolehnya memberi nama dengan nama para Nabi ‘alaihimus salaam, bahkan ini adalah ijma’ (kesepakatan) ulama. Kecuali Umar bin Khottob yang berpendapat agak sedikit berbeda dalam hal ini.”[13]
Urutan keempat: Nama orang sholeh
Dalil hal ini sudah disebutkan sebelumnya dalam hadits Al Mughirah bin Syu'bah. Yang paling baik digunakan adalah nama para sahabat karena merekalah generasi terbaik dari umat ini. Seutama-utama dari mereka adalah para Khulafaur Rosyidin, yaitu Abdullah (Abu Bakr), ‘Umar, ‘Utsman, dan ‘Ali.
Untuk anak perempuan bisa menggunakan nama istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (Ummahatul Mukminin). Menurut pendapat yang kuat, istri yang dinikahi oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada 11[14] :
1. Khadijah binti Khuwailid;
2. Saudah binti Zum’ah;
3. Aisyah binti Abu Bakar Ash Shidiq;
4. Hafshoh binti Umar bin Al Khaththab;
5. Zainab binti Khuzaimah;
6. Ummu Salamah Hindun binti Abu Umayyah;
7. Zainab binti Jahsy bin Rayyab;
8. Juwairiyyah binti Al Harits;
9. Ummu Habibah Romlah binti Abu Sufyan;
10. Shofiyah binti Huyai bin Akhthab;
11. Maimunah binti Al Harits.[15]
Sebagai contoh yang menggunakan nama sahabat adalah anak-anak Az Zubair bin Al ‘Awam. Beliau menamakan sembilan anaknya dengan nama para sahabat yang mengikuti perang Badar. Anak-anaknya tersebut diberi nama:
1. ‘Abdullah
2. Al Mundzir
3. ‘Urwah
4. Hamzah
5. Ja’far
6. Mush’ab
7. ‘Ubaidah
8. Kholid
9. ‘Umar[16]
Urutan kelima: Nama lainnya yang memenuhi syarat dan adab
Syarat dalam pemberian nama sebagai berikut:
Syarat Pertama: Menggunakan bahasa Arab.
Dari sini, menunjukkan terlarangnya menggunakan nama-nama bukan Arab seperti Joseph, Robert, Markus, Julia dan Diana.
Syarat Kedua: Memiliki susunan dan makna yang bagus.
Sehingga dari sini tidak boleh menggunakan nama makruh dan terlarang. Begitu juga terlarang menggunakan nama yang mengandung celaan dan mengandung tazkiyah (menetapkan kesucian dirinya). Oleh karena itu, nama semacam ini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai merubahnya.
Ath Thobari rahimahullah mengatakan, “Tidak sepantasnya seseorang memakai nama dengan nama yang jelek maknanya atau menggunakan nama yang mengandung tazkiyah (menetapkan kesucian dirinya), dan tidak boleh pula dengan nama yang mengandung celaan. Seharusnya nama yang tepat adalah nama yang menunjukkan tanda bagi seseorang saja dan bukan dimaksudkan sebagai hakikat sifat. Akan tetapi, dihukumi makruh jika seseorang bernama dengan nama yang langsung menunjukkan sifat dari orang yang diberi nama. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengganti beberapa nama ke nama yang benar-benar menunjukkan sifat orang tersebut. Beliau melakukan semacam itu bukan maksud melarangnya, akan tetapi untuk maksud ikhtiyar (menunjukkan pilihan yang lebih baik).”[17]
Adab dalam pemberian nama yang sebisa mungkin dilakukan:
Pertama: Menggunakan nama sesuai urutan terbaik yang telah kami jelaskan di awal.
Kedua: Menggunakan nama yang terdiri dari huruf yang jumlahnya sedikit.
Ketiga: Menggunakan nama yang mudah diucapkan di lisan.
Keempat: Memudahkan orang yang mendengar untuk mengingatnya.
Kelima: Menggunakan nama yang cocok dengan orang yang diberi nama dan tidak keluar dari kebiasaan yang dipakai dalam agamanya atau masyarakat sekitarnya.[18]
Dari penjelasan adab tambahan ini menunjukkan bahwa nama yang kurang bagus adalah nama yang terdiri dari banyak kata seperti: Andika Syarifudin Guntur Prasetyo, Linggar Simping Pembayun Retno Utami. Nama ini kurang disukai karena orang-orang akan beranggapan bahwa satu nama ini terdiri dari beberapa orang. Inilah sisi kurang bagusnya untuk nama-nama semisal itu.
Insya Allah, untuk pembahasan ini kami masih lanjutkan dalam tulisan selanjutnya yaitu mengenai nama yang haram dan makruh untuk digunakan. Semoga Allah mudahkan.
Semoga pembahasan ini bermanfaat bagi siapa saja yang menanti buah hatinya. Semoga Allah beri keberkahan.
Diselesaikan di waktu ‘Ashar, 11 Jumadil Awwal 1431 H (25/04/2010), Panggang-GK.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.rumaysho.com
[1] Marootibul Ijma’, hal. 154.
[2] Hadits ini dibawakan oleh An Nawawi dalam Bab “Dorongan untuk sedekah meskipun dengan setengah biji kurma atau kalimat yang baik”, juga pada Bab “Barangsiapa membuat contoh yang baik atau yang jelek, atau mengajak pada yang petunjuk atau kesesatan.”
[3] Fathul Baari, Ibnu Hajar Al Asqolani, 9/588, Darul Ma’rifah, Beirut, 1379
[4] Fathul Baari, 9/589.
[5] Tasmiyatul Mawlud, Syaikh Bakr bin ‘Abdillah Abu Zaid, hal. 28, Darul ‘Ashimah, cetakan ketiga, tahun 1416 H
[6] Lihat Tuhfatul Mawdud, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, Bab VIII, pasal pertama, Maktabah Darul Bayan, 1391 H
[7] Tuhfatul Mawdud, hal. 135.
[8] Kami urutkan berdasarkan penyebutan Syaikh Bakr Abu Zaid dalam kitabnya “Tasmiyatul Mawlud”.
[9] Faedah dari Al Futuhaat Ar Robbaniyah ‘alal Adzkar An Nawawiyah, Ibnu ‘Allan Asy Syafi’i, 6/72, Darul Kutub Al ‘Imiyyah, cetakan pertama, tahun 1424 H.
[10] Faedah dari Tasyimatul Mawlud, hal. 32-33.
[11] Lihat Tasyimatul Mawlud, hal. 33-34.
[12] Lihat Tasyimatul Mawlud, hal. 36.
[13] Syarh Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi, 14/117, Dar Ihya’ At Turots, cetakan kedua, 1392.
[14] Sebagaimana hal ini disebutkan dalam kitab Shiroh Nabi, Ar Rohiqul Makhtum.
[15] Mereka inilah para wanita yang pernah dinikahi Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan beliau hidup bersama mereka. Ada dua orang yang meninggal dunia semasa beliau masih hidup yaitu Khadijah dan Zainab binti Khuzaimah, yang berarti beliau meninggal dunia dengan meninggalkan sembilan janda.
[16] Lihat Tasmiyatul Mawlud, hal. 38.
[17] Dinukil dari Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, 10/577, Darul Ma’rifah, 1379.
[18] Lihat syarat dan adab pemberian nama dalam Tasmiyatul Mawlud, hal. 39-43.
M
Maher Zain - Alhamdulillah
Maher Zain - Awaken
Maher Zain - Allah Allah Kiya Karo
Maher Zain - Barakallah
Maher Zain - For the Rest Of My Live
Maher Zain - Hold My Hand
Maher Zain ft Fadli (Padi) - Insya'Allah
Maher Zain - The Chosen One
Maher Zain - Forgive Me
Maher Zain - Freedom
Mestica - Layar Keinsyafan
Maher Zain - Awaken
Maher Zain - Allah Allah Kiya Karo
Maher Zain - Barakallah
Maher Zain - For the Rest Of My Live
Maher Zain - Hold My Hand
Maher Zain ft Fadli (Padi) - Insya'Allah
Maher Zain - The Chosen One
Maher Zain - Forgive Me
Maher Zain - Freedom
Mestica - Layar Keinsyafan
Minggu, 25 April 2010
Nice_-_Sesuci Mariam
Nice_-_Sesuci Mariam
Sesuci Mariam
Album : Istimewa Tiada Dua
Munsyid : NICE
Intro :
*
Hati mana yang tidak gembira
Bakal memiliki cahayamata
Penyambung zuriat keturunan
Hadir membawa bahagia
*
Namun dalam kegembiraan itu
Terselit duka yang meruntun kalbu
Insan yang bakal dilahir ke dunia
Tak tahu asal usulnya
Ribut pasir di gurun membara
Tak sehebat kalut di dalam jiwa
Apa jawabmu bila ditanya….
Janin yang membesar di rahimmu…siapa bapanya
Sedang dirimu yang masih suci tiada ternoda
Reff
Saidatina Mariam perawan mulia
Tabah kau hadapi dugaan melanda
Saidatina Mariam wanita solehah
Kebenaran terbukti pada yang tak bersalah
Akhlak yang terpuji dan berperibadi yang tinggi
Menjadi pakaian dan perhiasan diri
Sehingga Allah memilih rahimmu yang suci murni
Untuk menghamilkan Isa…seorang nabi
Kau wanita solehah...
Download mp3-nya di sini...
Sesuci Mariam
Album : Istimewa Tiada Dua
Munsyid : NICE
Intro :
*
Hati mana yang tidak gembira
Bakal memiliki cahayamata
Penyambung zuriat keturunan
Hadir membawa bahagia
*
Namun dalam kegembiraan itu
Terselit duka yang meruntun kalbu
Insan yang bakal dilahir ke dunia
Tak tahu asal usulnya
Ribut pasir di gurun membara
Tak sehebat kalut di dalam jiwa
Apa jawabmu bila ditanya….
Janin yang membesar di rahimmu…siapa bapanya
Sedang dirimu yang masih suci tiada ternoda
Reff
Saidatina Mariam perawan mulia
Tabah kau hadapi dugaan melanda
Saidatina Mariam wanita solehah
Kebenaran terbukti pada yang tak bersalah
Akhlak yang terpuji dan berperibadi yang tinggi
Menjadi pakaian dan perhiasan diri
Sehingga Allah memilih rahimmu yang suci murni
Untuk menghamilkan Isa…seorang nabi
Kau wanita solehah...
Download mp3-nya di sini...
Sabtu, 24 April 2010
Rabu, 21 April 2010
Opick _-_ Di Bawah Langitmu
Opick _-_ Di Bawah Langitmu
Intro : G 4X
reff :
G D G C
Di bawah langit-MU bersujud smua
G D C
memuji-memuja asma-MU
G D G C
Dan bertasbih semua makhlik-MU tunduk
G D G
berharap cinta dan kasih-MU
*
G E Am D
Cahaya Illahi, hangatnya di Hati
G E Am D
Dilangkah sejuta wajah, terbata penuh dosa
G E Am D
Jalani lah hidup terluka, terhempas, bersalah....
Back to reff
Intro :
D C
Subhanawlloh...subhanawlloh...6x
Bridge:
Hitam Putih Jalan Hidup
Pahit Getir Warna Dunia
Tangis Tawa Rasa Hati
Terluka Atau Bahagia
Rasa Bangga Sementara
Setiap Duka Tak Abadi
Semuanya Wajah Kan Diuji
Pada Allah Kita Kan Kembali
Back to reff (Interlude A) 3x
Coda : A E D A...A E A
Intro : G 4X
reff :
G D G C
Di bawah langit-MU bersujud smua
G D C
memuji-memuja asma-MU
G D G C
Dan bertasbih semua makhlik-MU tunduk
G D G
berharap cinta dan kasih-MU
*
G E Am D
Cahaya Illahi, hangatnya di Hati
G E Am D
Dilangkah sejuta wajah, terbata penuh dosa
G E Am D
Jalani lah hidup terluka, terhempas, bersalah....
Back to reff
Intro :
D C
Subhanawlloh...subhanawlloh...6x
Bridge:
Hitam Putih Jalan Hidup
Pahit Getir Warna Dunia
Tangis Tawa Rasa Hati
Terluka Atau Bahagia
Rasa Bangga Sementara
Setiap Duka Tak Abadi
Semuanya Wajah Kan Diuji
Pada Allah Kita Kan Kembali
Back to reff (Interlude A) 3x
Coda : A E D A...A E A
ANAK ANAK BELAJAR DARI KRHIDUPANNYA
Anak-anak Belajar dari Kehidupannya
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan hinaan, ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyayangi dirinya
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan,
ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan
(sebuah puisi Dorothi Law Nolte)
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan hinaan, ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyayangi dirinya
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan,
ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan
(sebuah puisi Dorothi Law Nolte)
Minggu, 18 April 2010
Saujana _-_ Suci Sekeping Hati
SAUJANA – Suci Sekeping Hati
Intro : G D C D G D C G D.....
*
G Em
Sekeping hati dibawa berlari
Am D
Jauh melalui jalanan sepi..
C D
Jalan kebenaran indah terbentang
C D G
Di depan matamu para pejuang.. 2x
**
D G
Tapi jalan kebenaran
C G
Tak akan selamanya sunyi
C D
Ada ujian yang akan melanda
C D G
Ada perangkap menunggu mangsa..
Back to : *
***
G C
Akan kulangkah kaki yang melangkah
D G
Bila disapa duri yang menanti
Am D
Akankah tumpah kata yang meratap
C D G
Pada debu yang pastikan hinggap
Int : G D C D 2x....G....D
****
G Em
Mangharap senang dalam berjuang
Am D
Bagai merindukan bulan di tengah siang
C D
Jalannya tak seindah sentuhan mata
C D G
Pangkalnya jauh, hujungnya belum tiba..
Back to **
C D
Ada ujian yang datang melanda
C D G
Ada perangkap menunggu mangsa.....
Download MP3-nya Di Sini...
Intro : G D C D G D C G D.....
*
G Em
Sekeping hati dibawa berlari
Am D
Jauh melalui jalanan sepi..
C D
Jalan kebenaran indah terbentang
C D G
Di depan matamu para pejuang.. 2x
**
D G
Tapi jalan kebenaran
C G
Tak akan selamanya sunyi
C D
Ada ujian yang akan melanda
C D G
Ada perangkap menunggu mangsa..
Back to : *
***
G C
Akan kulangkah kaki yang melangkah
D G
Bila disapa duri yang menanti
Am D
Akankah tumpah kata yang meratap
C D G
Pada debu yang pastikan hinggap
Int : G D C D 2x....G....D
****
G Em
Mangharap senang dalam berjuang
Am D
Bagai merindukan bulan di tengah siang
C D
Jalannya tak seindah sentuhan mata
C D G
Pangkalnya jauh, hujungnya belum tiba..
Back to **
C D
Ada ujian yang datang melanda
C D G
Ada perangkap menunggu mangsa.....
Download MP3-nya Di Sini...
UNIC _-_Lafaz yang Tersimpan
UNIC – Lafaz Yang Tersimpan
Intro : Dm C Bb A Dm
*
Dm Bm
Luluh hatiku yang sayu
A D
Menatap wajahmu Tenang dalam lena….
**
Dm Bm
Kasih kau sahidkanlahku
A Bm D
Sedangkan bibirku jauh dari lafaz-Nya……
Brigde
Gm F
Dan raut tuamu, membekas jiwaku...
A Dm
Meredakan rindu mendamaikan kalbu...
Gm F
Tak mungkin ku temu... dirasa Tuhanmu...
Bb E
Biarpun ku reda.. seluruh dunia....
A A
Mencari gantimu.... ho...woo
Reff:
Dm Gm
Betapa sukarnya, menyusun bicara...
C F
Meluangkan rasa..., menuturkan sayang...
A Gm
Kasih yang terlimpah hanyalah sekedar tingkah...
F A Bb A Bb Dm
Cuma ungkapan kebisuan yang merindukan kalimah rahsia..
***
Dm C
Masih kubiarkan waktu
Bb A Bb Dm
melarikan lafaz, Kasihku padamu........
Int :
Reff :
Dm Gm
Mengapakah sukar, menyusun bicara......
C F
Meluangkan rasa... menuturkan sayang...
A Gm
Kasih yang terlimpah.., hanyalah sekedar tingkah..
F A Bb-Gm-F-E-A
Cumalah ungkapan bisu kalimah rahsia...
Reff 2 :
Dm Gm
Apakah yang hilang.., andai dilisankan...
C F
Baik penghargaan..., penuh kejujuran...
A-G-F Dm Gm
Tak mungkin terlihat.. CINTA....Yang merona...
F A Bb
Jika hanya relungan mata yang bersuara...
A Dm
Bukan hatur ka..ta......
Coda :
Gm Bb
Tiada lagi ertinya pengocapan....
Gm C
Andai akhir nafas di hujung helaan...
F C
Sebelum mata rapat terpejam...
Bb A A
Usah biar kehilangan.. menggantikan lafaz..
Dm
Yang tersimpan......
Dowload MP3 nya Di Sini....
Intro : Dm C Bb A Dm
*
Dm Bm
Luluh hatiku yang sayu
A D
Menatap wajahmu Tenang dalam lena….
**
Dm Bm
Kasih kau sahidkanlahku
A Bm D
Sedangkan bibirku jauh dari lafaz-Nya……
Brigde
Gm F
Dan raut tuamu, membekas jiwaku...
A Dm
Meredakan rindu mendamaikan kalbu...
Gm F
Tak mungkin ku temu... dirasa Tuhanmu...
Bb E
Biarpun ku reda.. seluruh dunia....
A A
Mencari gantimu.... ho...woo
Reff:
Dm Gm
Betapa sukarnya, menyusun bicara...
C F
Meluangkan rasa..., menuturkan sayang...
A Gm
Kasih yang terlimpah hanyalah sekedar tingkah...
F A Bb A Bb Dm
Cuma ungkapan kebisuan yang merindukan kalimah rahsia..
***
Dm C
Masih kubiarkan waktu
Bb A Bb Dm
melarikan lafaz, Kasihku padamu........
Int :
Reff :
Dm Gm
Mengapakah sukar, menyusun bicara......
C F
Meluangkan rasa... menuturkan sayang...
A Gm
Kasih yang terlimpah.., hanyalah sekedar tingkah..
F A Bb-Gm-F-E-A
Cumalah ungkapan bisu kalimah rahsia...
Reff 2 :
Dm Gm
Apakah yang hilang.., andai dilisankan...
C F
Baik penghargaan..., penuh kejujuran...
A-G-F Dm Gm
Tak mungkin terlihat.. CINTA....Yang merona...
F A Bb
Jika hanya relungan mata yang bersuara...
A Dm
Bukan hatur ka..ta......
Coda :
Gm Bb
Tiada lagi ertinya pengocapan....
Gm C
Andai akhir nafas di hujung helaan...
F C
Sebelum mata rapat terpejam...
Bb A A
Usah biar kehilangan.. menggantikan lafaz..
Dm
Yang tersimpan......
Dowload MP3 nya Di Sini....
Senin, 12 April 2010
Edcoustik - Sepotong Episode
Sepotong Episode (masa lalu)
Album : Sepotong Episode
by Edcoustic
Intro : E Am...7x
* E Am E
sebuah kisah masa lalu hadir di benakku
E Am E
saat kulihat surau itu
Am F#m E
menyibak lembaran masa yang indah
F#m E
bersama sahabatku
reff:
E B A B
sepotong episode masa lalu aku
E B A B
episode sejarah yang membuatku kini
C#m B A E
merasakan bahagia dalam diin-Mu
B C#m B A E
merubah arahan langkah di hidupku
**
E Am E
setiap sudut surau itu menyimpan kisah
E Am E
kadang kurindu cerita yang
Am F#m
tak pernah hilang kenangan
Am F#m B
bersama mencari cahaya-Mu
reff
intro 2 : E B A B..2x
reff interlude F#
Download MP3-nya Di Sini....
Album : Sepotong Episode
by Edcoustic
Intro : E Am...7x
* E Am E
sebuah kisah masa lalu hadir di benakku
E Am E
saat kulihat surau itu
Am F#m E
menyibak lembaran masa yang indah
F#m E
bersama sahabatku
reff:
E B A B
sepotong episode masa lalu aku
E B A B
episode sejarah yang membuatku kini
C#m B A E
merasakan bahagia dalam diin-Mu
B C#m B A E
merubah arahan langkah di hidupku
**
E Am E
setiap sudut surau itu menyimpan kisah
E Am E
kadang kurindu cerita yang
Am F#m
tak pernah hilang kenangan
Am F#m B
bersama mencari cahaya-Mu
reff
intro 2 : E B A B..2x
reff interlude F#
Download MP3-nya Di Sini....
Sabtu, 10 April 2010
In-Team - Impian Kasih
Impian Kasih
Album : Impian Kasih
Munsyid : In Team
Intro : C F G C
C Em F G
Kasih dengarlah hatiku berbicara
C Em F G
Kasih izinkanlah diriku bertanya
Am E Am
Bisakah cinta bersemi
F Dm G
Mengundang restu Ilahi
C Em Am
Adakah bahgia yang diimpi
F G
Menjadi satu realiti.
C Em F G
Kasih ku sedari kekurangan diri
C Em F G
Kasih ku insafi kelemahan diri
Am E Am
Ku ingin sunting dirimu
F Dm G
Menjadi permaisuri hatiku
C Em Am
Sebagai isteri yang berbudi
F G
Kebanggaan para suami
C Am
Wanita hiasan dunia
F G
Seindah hiasan adalah wanita solehah
C Em Am
Yang akan membahagiakan
F G
Syurga di dalam rumah tangga
C Em
Hanya itu yang ku inginkan
F G
Dari insan yang amat kusayang
C Em
Damaikanlah resah hatiku
F C
Aku rindu kasih dan sayangmu
F Dm
Terimalah seadanya
G C
Akulah hiasan pelamin hidupmu
Instrument: C F C F G
Am Em
Andainya tiada jodoh
Am Em
Untuk ke singgahsana
Am Em F
Ku pasrahkan segalanya
Dm G
Kerna takdir yang akan menentukan
C Am
Impian kasih
F
Impian kasih
G
Impian kasih
C
Oh Impian kasih
Album : Impian Kasih
Munsyid : In Team
Intro : C F G C
C Em F G
Kasih dengarlah hatiku berbicara
C Em F G
Kasih izinkanlah diriku bertanya
Am E Am
Bisakah cinta bersemi
F Dm G
Mengundang restu Ilahi
C Em Am
Adakah bahgia yang diimpi
F G
Menjadi satu realiti.
C Em F G
Kasih ku sedari kekurangan diri
C Em F G
Kasih ku insafi kelemahan diri
Am E Am
Ku ingin sunting dirimu
F Dm G
Menjadi permaisuri hatiku
C Em Am
Sebagai isteri yang berbudi
F G
Kebanggaan para suami
C Am
Wanita hiasan dunia
F G
Seindah hiasan adalah wanita solehah
C Em Am
Yang akan membahagiakan
F G
Syurga di dalam rumah tangga
C Em
Hanya itu yang ku inginkan
F G
Dari insan yang amat kusayang
C Em
Damaikanlah resah hatiku
F C
Aku rindu kasih dan sayangmu
F Dm
Terimalah seadanya
G C
Akulah hiasan pelamin hidupmu
Instrument: C F C F G
Am Em
Andainya tiada jodoh
Am Em
Untuk ke singgahsana
Am Em F
Ku pasrahkan segalanya
Dm G
Kerna takdir yang akan menentukan
C Am
Impian kasih
F
Impian kasih
G
Impian kasih
C
Oh Impian kasih
UNIC - Demi Cinta Suci
Demi Cinta Suci
Album : See You D IPT
Munsyid : Unic
Bm F#m Bm
Pernah hatiku luka pedih
F#m G A Bm
Kerana dicalari cinta penuh duri
F#m Bm
Lemas aku dalam dilema
F#m G A Bm F#m
Kata janji manis sungguh tak bermakna.....
C/O :
Bm G A D
Mencarimu kasih bagai mencari mutiara putih
G A D Bm
Walau ke dasar lautan sanggup ku selami
G A D Bm
Namun tak percaya apa yang telah aku terjumpa
G A Bm
Kau sebutir pasir tak berharga
G A D
Demi cinta yang suci
G Em A Bm F#m
Ku rela korbankan kepentingan diri...
G A D
Demi sinar bahagia
G Em A Bm F#m
Ku hambakan diri pada-Nya yang Esa.....
Bm G A D
Baru kini ku rasai nikmatnya cinta yang suci
G A D Bm
Tiada terbanding dengan cinta yang kau beri
G A D Bm
Ranjau yang berduri akan aku tabah menempuhnya
G A Bm
Menyubur iman di dalam jiwa
G A D
Demi cinta yang suci
G Em A Bm F#m
Ku rela korbankan kepentingan diri...
G A D
Demi sinar bahagia
G Em A Bm F#m
Ku hambakan diri pada-Nya yang Esa.....
G A D
Demi cinta hakiki
G Em A Bm F#m
Ku sanggup redahi apa yang terjadi
Bm F#m Bm
Apalah erti cinta suci
F#m G A Bm F#m
Andai janji-janji sering dimungkiri
Bm F#m Bm
Apalah erti cinta murni
F#m G A Bm
Andai kata-kata sering didustai
Download MP3-nya Di Sini...
Album : See You D IPT
Munsyid : Unic
Bm F#m Bm
Pernah hatiku luka pedih
F#m G A Bm
Kerana dicalari cinta penuh duri
F#m Bm
Lemas aku dalam dilema
F#m G A Bm F#m
Kata janji manis sungguh tak bermakna.....
C/O :
Bm G A D
Mencarimu kasih bagai mencari mutiara putih
G A D Bm
Walau ke dasar lautan sanggup ku selami
G A D Bm
Namun tak percaya apa yang telah aku terjumpa
G A Bm
Kau sebutir pasir tak berharga
G A D
Demi cinta yang suci
G Em A Bm F#m
Ku rela korbankan kepentingan diri...
G A D
Demi sinar bahagia
G Em A Bm F#m
Ku hambakan diri pada-Nya yang Esa.....
Bm G A D
Baru kini ku rasai nikmatnya cinta yang suci
G A D Bm
Tiada terbanding dengan cinta yang kau beri
G A D Bm
Ranjau yang berduri akan aku tabah menempuhnya
G A Bm
Menyubur iman di dalam jiwa
G A D
Demi cinta yang suci
G Em A Bm F#m
Ku rela korbankan kepentingan diri...
G A D
Demi sinar bahagia
G Em A Bm F#m
Ku hambakan diri pada-Nya yang Esa.....
G A D
Demi cinta hakiki
G Em A Bm F#m
Ku sanggup redahi apa yang terjadi
Bm F#m Bm
Apalah erti cinta suci
F#m G A Bm F#m
Andai janji-janji sering dimungkiri
Bm F#m Bm
Apalah erti cinta murni
F#m G A Bm
Andai kata-kata sering didustai
Download MP3-nya Di Sini...
edCoustic - Nantikanku di Batas Waktu
Nantikanku di Batas Waktu
Album : Masa Muda
Munsyid : edCoustic
Am Dm G C
Dikedalaman hatiku tersembunyi harapan yang suci
F Dm E
Tak perlu engkau menyangsikan
Am Dm G C
Lewat kesalihanmu yang terukir menghiasi dirimu
F Dm E
Tak perlu dengan kata-kata
Am Dm G C
Sungguh walau kukelu tuk mengungkapkan perasaanku
Am F Dm G
Namun penantianmu pada diriku jangan salahkan
Reff :
C G
Kalau memang kau pilihkan aku
Am Em F
Tunggu sampai aku datang nanti
C Dm G
Kubawa kau pergi kesyurga abadi
C G Am Em F
Kini belumlah saatnya aku membalas cintamu
F C G C
Nantikanku dibatas waktu
Album : Masa Muda
Munsyid : edCoustic
Am Dm G C
Dikedalaman hatiku tersembunyi harapan yang suci
F Dm E
Tak perlu engkau menyangsikan
Am Dm G C
Lewat kesalihanmu yang terukir menghiasi dirimu
F Dm E
Tak perlu dengan kata-kata
Am Dm G C
Sungguh walau kukelu tuk mengungkapkan perasaanku
Am F Dm G
Namun penantianmu pada diriku jangan salahkan
Reff :
C G
Kalau memang kau pilihkan aku
Am Em F
Tunggu sampai aku datang nanti
C Dm G
Kubawa kau pergi kesyurga abadi
C G Am Em F
Kini belumlah saatnya aku membalas cintamu
F C G C
Nantikanku dibatas waktu
Menjadi Diriku
Menjadi Diriku
Album : Masa muda Repacked
Munsyid : edCoustic
Menjadi Diriku
Intro: G
G
Tak seperti bintang di langit
Bm
Tak seperti indah pelangi
C
Karena diriku bukanlah mereka
D
Ku apa adanya
G
Dan wajahku memang begini
Bm
Sikapku jelas tak sempurna
C
Ku akui ku bukanlah mereka
D
Ku apa adanya
*)
Em Bm
Menjadi diriku
C G
Dengan segala kekurangan
Em Bm
Menjadi diriku
C D
Atas kelebihanku…….
G D
Terimalah aku
Em Bm
Seperti apa adanya
C G
Aku hanya insan biasa
Am D
Ku pun tak sempurna
G D
Tetap ku bangga
Em Bm
Atas apa yang ku punya
C G
Setiap waktu ku nikmati
Am D G
Anugerah hidup yang ku miliki
Album : Masa muda Repacked
Munsyid : edCoustic
Menjadi Diriku
Intro: G
G
Tak seperti bintang di langit
Bm
Tak seperti indah pelangi
C
Karena diriku bukanlah mereka
D
Ku apa adanya
G
Dan wajahku memang begini
Bm
Sikapku jelas tak sempurna
C
Ku akui ku bukanlah mereka
D
Ku apa adanya
*)
Em Bm
Menjadi diriku
C G
Dengan segala kekurangan
Em Bm
Menjadi diriku
C D
Atas kelebihanku…….
G D
Terimalah aku
Em Bm
Seperti apa adanya
C G
Aku hanya insan biasa
Am D
Ku pun tak sempurna
G D
Tetap ku bangga
Em Bm
Atas apa yang ku punya
C G
Setiap waktu ku nikmati
Am D G
Anugerah hidup yang ku miliki
Cinta Berkawan
Cinta Berkawan
Album : Masa Muda
Munsyid : edCoustic
Intro : E C#m G#m B
E C#m G#m B
Seutas tali memadu simpul tawamu duhai kawan
E C#m G#m B
Simpulnya jatuh dipelupuk nurani yang tertambat cinta
A E F# A E F#
Cinta berkawan bersama nikmati semusim masa
E C#m G#m B
Disela kehangatan berkawan adalah aku pandang
E C#m G#m B
Satu persatu garis wajah duhai kawan penuh harapan
A E F# A E G#
Andai saja.. slalu bersama setiap masa sehati
Reff :
C#m F# B E G#
Suratan Tuhan kita disini menapaki cerita bersama
C#m F# Eb G#
Cinta berkawan karna sehati dalam kasih Illahi
A E G# C#m
Tepiskan hal yang berbeda agar kisahmu teramat panjang
A E F# B A G# F# E
Simpan rapi harapan berkawan selamanya..
Album : Masa Muda
Munsyid : edCoustic
Intro : E C#m G#m B
E C#m G#m B
Seutas tali memadu simpul tawamu duhai kawan
E C#m G#m B
Simpulnya jatuh dipelupuk nurani yang tertambat cinta
A E F# A E F#
Cinta berkawan bersama nikmati semusim masa
E C#m G#m B
Disela kehangatan berkawan adalah aku pandang
E C#m G#m B
Satu persatu garis wajah duhai kawan penuh harapan
A E F# A E G#
Andai saja.. slalu bersama setiap masa sehati
Reff :
C#m F# B E G#
Suratan Tuhan kita disini menapaki cerita bersama
C#m F# Eb G#
Cinta berkawan karna sehati dalam kasih Illahi
A E G# C#m
Tepiskan hal yang berbeda agar kisahmu teramat panjang
A E F# B A G# F# E
Simpan rapi harapan berkawan selamanya..
Selasa, 06 April 2010
U
UNIC - Insan Bernama Kekasih
UNIC - Atas Nama Cinta
UNIC_-_Antara Dua Kasih
UNIC - Lafa yang Tersimpan
Unic - Fenomena
UNIC - Hanyut
Unic - Hijrah
UNIC - Erti Syukur
UNIC - Kau Kawan, Sahabat dan Teman
Unic - Sahabat Sejati
Unic - Sangkar Hati
UNIC_-_Sebuah Pertemuan
UNIC_-_Langkah Tercipta
UNIC_-_Taubat Seorang Hamba
UNIC_-_Balqis
UNIC_-_Jalinan
UNIC - Atas Nama Cinta
UNIC_-_Antara Dua Kasih
UNIC - Lafa yang Tersimpan
Unic - Fenomena
UNIC - Hanyut
Unic - Hijrah
UNIC - Erti Syukur
UNIC - Kau Kawan, Sahabat dan Teman
Unic - Sahabat Sejati
Unic - Sangkar Hati
UNIC_-_Sebuah Pertemuan
UNIC_-_Langkah Tercipta
UNIC_-_Taubat Seorang Hamba
UNIC_-_Balqis
UNIC_-_Jalinan
Sabtu, 03 April 2010
Perkawinan Sebuah Fitrah Kemanusiaan
Perkawinan Sebuah Fitrah Kemanusiaan
Agama Islam adalah agama fithrah, dan manusia diciptakan Alloh Subhanahu wa Ta'ala cocok dengan fitrah ini, karena itu Alloh Subhanahu wa Ta'ala menyuruh manusia menghadapkan diri ke agama fithrah agar tidak terjadi penyelewengan dan penyimpangan. Sehingga manusia berjalan di atas fithrahnya. Perkawinan adalah fitrah kemanusiaan, maka dari itu Islam menganjurkan untuk nikah, karena nikah merupakan gharizah insaniyah (naluri kemanusiaan). Bila gharizah ini tidak dipenuhi dengan jalan yang sah yaitu perkawinan, maka ia akan mencari jalan-jalan syetan yang banyak menjerumuskan ke lembah hitam.
Firman Alloh Subhanahu wa Ta'ala , yang artinya: "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui". (QS: Ar-Ruum: 30).
A. Islam Menganjurkan Nikah
Islam telah menjadikan ikatan perkawinan yang sah berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai satu-satunya sarana untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang sangat asasi, dan sarana untuk membina keluarga yang Islami. Penghargaan Islam terhadap ikatan perkawinan besar sekali, sampai-sampai ikatan itu ditetapkan sebanding dengan separuh agama. Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata, telah bersabda Rasululloh shallallahu 'alaihi wa sallam, yang artinya: "Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi". (HR: Thabrani dan Hakim).
B. Islam Tidak Menyukai Membujang
Rasululloh shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan untuk menikah dan melarang keras kepada orang yang tidak mau menikah. Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata: "Rasululloh shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk nikah dan melarang kami membujang dengan larangan yang keras". Dan beliau bersabda yang artinya: "Nikahilah perempuan yang banyak anak dan penyayang. Karena aku akan berbangga dengan banyaknya umatku dihadapan para Nabi kelak di hari kiamat". (HR: Ahmad dan di shahihkan oleh Ibnu Hibban).
Pernah suatu ketika tiga orang shahabat datang bertanya kepada istri-istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tentang peribadatan beliau, kemudian setelah diterangkan, masing-masing ingin meningkatkan peribadatan mereka. Salah seorang berkata: Adapun saya, akan puasa sepanjang masa tanpa putus. Dan yang lain berkata: Adapun saya akan menjauhi wanita, saya tidak akan kawin selamanya .... Ketika hal itu didengar oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau keluar seraya bersabda, yang artinya: "Benarkah kalian telah berkata begini dan begitu, sungguh demi Allah, sesungguhnya akulah yang paling takut dan taqwa di antara kalian. Akan tetapi aku berpuasa dan aku berbuka, aku shalat dan aku juga tidur dan aku juga mengawini perempuan. Maka barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku". (HR: Bukhari dan Muslim).
Orang yang mempunyai akal dan bashirah tidak akan mau menjerumuskan dirinya ke jalan kesesatan dengan hidup membujang. Kata Syaikh Hussain Muhammad Yusuf: "Hidup membujang adalah suatu kehidupan yang kering dan gersang, hidup yang tidak mempunyai makna dan tujuan. Suatu kehidupan yang hampa dari berbagai keutamaan insani yang pada umumnya ditegakkan atas dasar egoisme dan mementingkan diri sendiri serta ingin terlepas dari semua tanggung jawab".
Orang yang membujang pada umumnya hanya hidup untuk dirinya sendiri. Mereka membujang bersama hawa nafsu yang selalu bergelora, hingga kemurnian semangat dan rohaninya menjadi keruh. Mereka selalu ada dalam pergolakan melawan fitrahnya, kendatipun ketaqwaan mereka dapat diandalkan, namun pergolakan yang terjadi secara terus menerus lama kelamaan akan melemahkan iman dan ketahanan jiwa serta mengganggu kesehatan dan akan membawanya ke lembah kenistaan.
Jadi orang yang enggan menikah baik itu laki-laki atau perempuan, maka mereka itu sebenarnya tergolong orang yang paling sengsara dalam hidup ini. Mereka itu adalah orang yang paling tidak menikmati kebahagiaan hidup, baik kesenangan bersifat sensual maupun spiritual. Mungkin mereka kaya, namun mereka miskin dari karunia Alloh.
Islam menolak sistem ke-rahib-an karena sistem tersebut bertentangan dengan fitrah kemanusiaan, dan bahkan sikap itu berarti melawan sunnah dan kodrat Alloh Subhanahu wa Ta'ala yang telah ditetapkan bagi makhluknya. Sikap enggan membina rumah tangga karena takut miskin adalah sikap orang jahil (bodoh), karena semua rezeki sudah diatur oleh Alloh Subhanahu wa Ta'ala sejak manusia berada di alam rahim, dan manusia tidak bisa menteorikan rezeki yang dikaruniakan Alloh Subhanahu wa Ta'ala, misalnya ia berkata: "Bila saya hidup sendiri gaji saya cukup, tapi bila punya istri tidak cukup ?!".
Perkataan ini adalah perkataan yang batil, karena bertentangan dengan ayat-ayat Alloh Subhanahu wa Ta'ala dan hadits-hadits Rasululloh shallallahu 'alaihi wa sallam. Alloh Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan untuk kawin, dan seandainya mereka fakir pasti Alloh akan membantu dengan memberi rezeki kepadanya. Alloh Subhanahu wa Ta'ala menjanjikan suatu pertolongan kepada orang yang nikah, dalam firman-Nya, yang artinya: "Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui". (QS: An-Nur: 32).
Rasululloh shallallahu 'alaihi wa sallam menguatkan janji Alloh itu dengan sabdanya, yang artinya: "Ada tiga golongan manusia yang berhak Alloh tolong mereka, yaitu seorang mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka, dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya". (HR: Ahmad 2: 251, Nasa'i, Tirmidzi, Ibnu Majah hadits No. 2518, dan Hakim 2: 160 dari shahabat Abu Hurairah radliyallahu 'anhu).
Ibnu Mas'ud radliyallahu 'anhu pernah berkata: "Jika umurku tinggal sepuluh hari lagi, sungguh aku lebih suka menikah daripada aku harus menemui Allah sebagai seorang bujangan". (Tuhfatul 'Arus hal. 20).
(Sumber Rujukan: Berbagai Sumber dari Al-Qur'an dan As Sunnah serta Kitab-Kitab Hadits)
Agama Islam adalah agama fithrah, dan manusia diciptakan Alloh Subhanahu wa Ta'ala cocok dengan fitrah ini, karena itu Alloh Subhanahu wa Ta'ala menyuruh manusia menghadapkan diri ke agama fithrah agar tidak terjadi penyelewengan dan penyimpangan. Sehingga manusia berjalan di atas fithrahnya. Perkawinan adalah fitrah kemanusiaan, maka dari itu Islam menganjurkan untuk nikah, karena nikah merupakan gharizah insaniyah (naluri kemanusiaan). Bila gharizah ini tidak dipenuhi dengan jalan yang sah yaitu perkawinan, maka ia akan mencari jalan-jalan syetan yang banyak menjerumuskan ke lembah hitam.
Firman Alloh Subhanahu wa Ta'ala , yang artinya: "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui". (QS: Ar-Ruum: 30).
A. Islam Menganjurkan Nikah
Islam telah menjadikan ikatan perkawinan yang sah berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai satu-satunya sarana untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang sangat asasi, dan sarana untuk membina keluarga yang Islami. Penghargaan Islam terhadap ikatan perkawinan besar sekali, sampai-sampai ikatan itu ditetapkan sebanding dengan separuh agama. Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata, telah bersabda Rasululloh shallallahu 'alaihi wa sallam, yang artinya: "Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi". (HR: Thabrani dan Hakim).
B. Islam Tidak Menyukai Membujang
Rasululloh shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan untuk menikah dan melarang keras kepada orang yang tidak mau menikah. Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata: "Rasululloh shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk nikah dan melarang kami membujang dengan larangan yang keras". Dan beliau bersabda yang artinya: "Nikahilah perempuan yang banyak anak dan penyayang. Karena aku akan berbangga dengan banyaknya umatku dihadapan para Nabi kelak di hari kiamat". (HR: Ahmad dan di shahihkan oleh Ibnu Hibban).
Pernah suatu ketika tiga orang shahabat datang bertanya kepada istri-istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tentang peribadatan beliau, kemudian setelah diterangkan, masing-masing ingin meningkatkan peribadatan mereka. Salah seorang berkata: Adapun saya, akan puasa sepanjang masa tanpa putus. Dan yang lain berkata: Adapun saya akan menjauhi wanita, saya tidak akan kawin selamanya .... Ketika hal itu didengar oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau keluar seraya bersabda, yang artinya: "Benarkah kalian telah berkata begini dan begitu, sungguh demi Allah, sesungguhnya akulah yang paling takut dan taqwa di antara kalian. Akan tetapi aku berpuasa dan aku berbuka, aku shalat dan aku juga tidur dan aku juga mengawini perempuan. Maka barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku". (HR: Bukhari dan Muslim).
Orang yang mempunyai akal dan bashirah tidak akan mau menjerumuskan dirinya ke jalan kesesatan dengan hidup membujang. Kata Syaikh Hussain Muhammad Yusuf: "Hidup membujang adalah suatu kehidupan yang kering dan gersang, hidup yang tidak mempunyai makna dan tujuan. Suatu kehidupan yang hampa dari berbagai keutamaan insani yang pada umumnya ditegakkan atas dasar egoisme dan mementingkan diri sendiri serta ingin terlepas dari semua tanggung jawab".
Orang yang membujang pada umumnya hanya hidup untuk dirinya sendiri. Mereka membujang bersama hawa nafsu yang selalu bergelora, hingga kemurnian semangat dan rohaninya menjadi keruh. Mereka selalu ada dalam pergolakan melawan fitrahnya, kendatipun ketaqwaan mereka dapat diandalkan, namun pergolakan yang terjadi secara terus menerus lama kelamaan akan melemahkan iman dan ketahanan jiwa serta mengganggu kesehatan dan akan membawanya ke lembah kenistaan.
Jadi orang yang enggan menikah baik itu laki-laki atau perempuan, maka mereka itu sebenarnya tergolong orang yang paling sengsara dalam hidup ini. Mereka itu adalah orang yang paling tidak menikmati kebahagiaan hidup, baik kesenangan bersifat sensual maupun spiritual. Mungkin mereka kaya, namun mereka miskin dari karunia Alloh.
Islam menolak sistem ke-rahib-an karena sistem tersebut bertentangan dengan fitrah kemanusiaan, dan bahkan sikap itu berarti melawan sunnah dan kodrat Alloh Subhanahu wa Ta'ala yang telah ditetapkan bagi makhluknya. Sikap enggan membina rumah tangga karena takut miskin adalah sikap orang jahil (bodoh), karena semua rezeki sudah diatur oleh Alloh Subhanahu wa Ta'ala sejak manusia berada di alam rahim, dan manusia tidak bisa menteorikan rezeki yang dikaruniakan Alloh Subhanahu wa Ta'ala, misalnya ia berkata: "Bila saya hidup sendiri gaji saya cukup, tapi bila punya istri tidak cukup ?!".
Perkataan ini adalah perkataan yang batil, karena bertentangan dengan ayat-ayat Alloh Subhanahu wa Ta'ala dan hadits-hadits Rasululloh shallallahu 'alaihi wa sallam. Alloh Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan untuk kawin, dan seandainya mereka fakir pasti Alloh akan membantu dengan memberi rezeki kepadanya. Alloh Subhanahu wa Ta'ala menjanjikan suatu pertolongan kepada orang yang nikah, dalam firman-Nya, yang artinya: "Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui". (QS: An-Nur: 32).
Rasululloh shallallahu 'alaihi wa sallam menguatkan janji Alloh itu dengan sabdanya, yang artinya: "Ada tiga golongan manusia yang berhak Alloh tolong mereka, yaitu seorang mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka, dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya". (HR: Ahmad 2: 251, Nasa'i, Tirmidzi, Ibnu Majah hadits No. 2518, dan Hakim 2: 160 dari shahabat Abu Hurairah radliyallahu 'anhu).
Ibnu Mas'ud radliyallahu 'anhu pernah berkata: "Jika umurku tinggal sepuluh hari lagi, sungguh aku lebih suka menikah daripada aku harus menemui Allah sebagai seorang bujangan". (Tuhfatul 'Arus hal. 20).
(Sumber Rujukan: Berbagai Sumber dari Al-Qur'an dan As Sunnah serta Kitab-Kitab Hadits)
Acha feat Irwansyah – Aku Bersujud
Acha feat Irwansyah – Aku Bersujud
Intro : G C Am G
G C
G D
Aku malu berharap Engkau mengerti lagi
Am D
atas kesalahan yang pernah aku perbuat
G C
hati dan perasaanku mulai teruji
Am D
selembut do’a dalam hati Kau mengetahui
C G Am C D
kala panggilanMu ku mohon ampunilah aku
G C
aku bersujud.. aku berdo’a
Am D
hanyalah padaMu.. Ya Tuhanku
G
aku memohon keringanan hati
menentukan pilihan menuju rahmatMu
Ya Tuhanku.. Ya Tuhanku..
G
Ya Allah..
coda interlude ke – A
Download mp3-nya di sini...
Intro : G C Am G
G C
G D
Aku malu berharap Engkau mengerti lagi
Am D
atas kesalahan yang pernah aku perbuat
G C
hati dan perasaanku mulai teruji
Am D
selembut do’a dalam hati Kau mengetahui
C G Am C D
kala panggilanMu ku mohon ampunilah aku
G C
aku bersujud.. aku berdo’a
Am D
hanyalah padaMu.. Ya Tuhanku
G
aku memohon keringanan hati
menentukan pilihan menuju rahmatMu
Ya Tuhanku.. Ya Tuhanku..
G
Ya Allah..
coda interlude ke – A
Download mp3-nya di sini...
Inteam – Rabi’atul Adawiyyah
Inteam – Rabi’atul Adawiyyah
Intro : Cm G
Cm Fm G# Bb G
Cm Bb G# Fm Gm Bb Gm
Cm D# Bb Cm
Cm G Cm
Engkau bermula dengan sengsara
D# Bb D#
Dalam mencari bahagia
Fm Cm
Terasa bagai bayang-bayang
G# G Cm
Gelap walau disuluh cahaya
Pepasir pantai pun berubah
Pabila hakikat melanda
Ketenangan yang kau cari
Terpancar di lorong sufi
D# Bb C
Kau hiasi rumah kasih abadi
D# Bb G
Serik menghiasi singgahsana-Mu
Cm Bb Fm
Kau berjaya merubah segala
G Cm
Kasih semalam menjadi esok
Kelunakan tangisan kasihmu
Dalam simpuhan ketaatan
Bagi mengharapkan keredhaan
Dari-Mu, Tuhan pencipta alam
D# Bb C
Rabiatul Adawiyah
Fm D# Bb
Serikandi yang tercipta
Cm Bb D#
Sungguh agung pengabdianmu
Fm G Cm
Kau berjaya menjadi iktibar
Asmaramu dihampar suci
Pintalan dari awanan putih
Membuahkan titisan rahmat
Menyuburkan mawar yang layu
Intro : Cm Fm D# Gm Cm 2x
Cm G
Namamu menjadi sanjungan
Ikutan ummah sepanjang zaman
Ayuh bersama kita susuri
Perjalanan kekasih Allah
Download mp3-nya di sini...
Intro : Cm G
Cm Fm G# Bb G
Cm Bb G# Fm Gm Bb Gm
Cm D# Bb Cm
Cm G Cm
Engkau bermula dengan sengsara
D# Bb D#
Dalam mencari bahagia
Fm Cm
Terasa bagai bayang-bayang
G# G Cm
Gelap walau disuluh cahaya
Pepasir pantai pun berubah
Pabila hakikat melanda
Ketenangan yang kau cari
Terpancar di lorong sufi
D# Bb C
Kau hiasi rumah kasih abadi
D# Bb G
Serik menghiasi singgahsana-Mu
Cm Bb Fm
Kau berjaya merubah segala
G Cm
Kasih semalam menjadi esok
Kelunakan tangisan kasihmu
Dalam simpuhan ketaatan
Bagi mengharapkan keredhaan
Dari-Mu, Tuhan pencipta alam
D# Bb C
Rabiatul Adawiyah
Fm D# Bb
Serikandi yang tercipta
Cm Bb D#
Sungguh agung pengabdianmu
Fm G Cm
Kau berjaya menjadi iktibar
Asmaramu dihampar suci
Pintalan dari awanan putih
Membuahkan titisan rahmat
Menyuburkan mawar yang layu
Intro : Cm Fm D# Gm Cm 2x
Cm G
Namamu menjadi sanjungan
Ikutan ummah sepanjang zaman
Ayuh bersama kita susuri
Perjalanan kekasih Allah
Download mp3-nya di sini...
Edcoustic – Muhasabah Cinta
Edcoustic – Muhasabah Cinta
Intro : Dm C F
Bb Gm A
Dm A
Wahai Pemilik Nyawaku
Dm Gm
Betapa lemah diriku ini
C F
Berat ujian dariMu
Bb A
Kupasrahkan semua padaMu
Tuhan baru kusadar
Indah nikmat sehat itu
Tak pandai aku bersyukur
Kini kuharapkan CintaMu
Reff :
Gm C
Kata-kata cinta terucap indah
F Bb
Mengalir berdzikir dikidung doaku
Gm A Dm
Sakit yang kurasa biar jadi penawar dosaku
Gm C
Butir-butir cinta air mataku
F Bb
Teringat semua yang Kau beri untukku
Gm A Bb
Ampuni khilaf dan salah selama ini ya ilahi
A Dm
Muhasabah cintaku
Tuhan kuatkan aku
Lindungiku dari putus asa
jika kuharus mati
Pertemukan aku denganMu
Intro : Dm C F
Bb Gm A
Dm A
Wahai Pemilik Nyawaku
Dm Gm
Betapa lemah diriku ini
C F
Berat ujian dariMu
Bb A
Kupasrahkan semua padaMu
Tuhan baru kusadar
Indah nikmat sehat itu
Tak pandai aku bersyukur
Kini kuharapkan CintaMu
Reff :
Gm C
Kata-kata cinta terucap indah
F Bb
Mengalir berdzikir dikidung doaku
Gm A Dm
Sakit yang kurasa biar jadi penawar dosaku
Gm C
Butir-butir cinta air mataku
F Bb
Teringat semua yang Kau beri untukku
Gm A Bb
Ampuni khilaf dan salah selama ini ya ilahi
A Dm
Muhasabah cintaku
Tuhan kuatkan aku
Lindungiku dari putus asa
jika kuharus mati
Pertemukan aku denganMu
Kamis, 01 April 2010
UNIC – Insan Bernama Kekasih
UNIC – Insan Bernama Kekasih
Intro : D# Bb Gm Cm
Bb G# D# Fm
D# Bb G# D# Bb Cm
Debar hatiku membisik rindu
D# Bb G# Bb
Ingin aku Katakan kau gadis idaman
D# Bb G# D# Bb Cm
Adakah mungkin kau kumiliki
D# Bb G# Bb
Untuk aku jadikan insan bernama kekasih
D# Bb G#
Keayuan yang tergambar lukisan nur iman
D# Bb G#
Bertemankan keindahan santun perkataan
Cm Bb G#
Bagai putih salju mendinginkan hangat perasaan
Cm Bb G#
Terukir segala resah di jiwa
D# Bb Cm
Ku sampaikan salam ucapan mesra
Gm
dan merisik khabar berita
G# Bb
Masihkah ada peluang
D# Bb
Untukku melafaz kesyukuran
D# Bb Cm
Umpama rembulan jatuh ke riba
Gm
Mendengar khabaran dariNya
G# Bb D#
Padaku kau memendam rasa
D# Bb G#
PadaMu oh tuhan Ku memohon keredhaan
D# Bb G#
Nur Kasih yang ku damba
Bb D#
Kekal hingga ke syurga
Intro : D# F# G# D#
F# G# Bb D#
F# G# D#
Hanya satu yang ku pinta kebaikan dariNya
Moga dipeliharakan tulus cinta kita
Agar kukuh ikatan yang murni bahgia selamanya
Dengan lafaz pernikahan yang mulia
Datanglah kasihku dalam dirimu
Menghiasi ruang hatimu
Akan ku sambutnya dengan
Sujud penuh kesyukuran
Ku harap jalinan kan berpanjangan
Selagi kasih yang terbina
Kerana cinta kepadaNya
Kau kusayangi teman sejati
Dikaulah sesungguhnya
Insan bernama Kekasih
* Download mp3nya disini….
Intro : D# Bb Gm Cm
Bb G# D# Fm
D# Bb G# D# Bb Cm
Debar hatiku membisik rindu
D# Bb G# Bb
Ingin aku Katakan kau gadis idaman
D# Bb G# D# Bb Cm
Adakah mungkin kau kumiliki
D# Bb G# Bb
Untuk aku jadikan insan bernama kekasih
D# Bb G#
Keayuan yang tergambar lukisan nur iman
D# Bb G#
Bertemankan keindahan santun perkataan
Cm Bb G#
Bagai putih salju mendinginkan hangat perasaan
Cm Bb G#
Terukir segala resah di jiwa
D# Bb Cm
Ku sampaikan salam ucapan mesra
Gm
dan merisik khabar berita
G# Bb
Masihkah ada peluang
D# Bb
Untukku melafaz kesyukuran
D# Bb Cm
Umpama rembulan jatuh ke riba
Gm
Mendengar khabaran dariNya
G# Bb D#
Padaku kau memendam rasa
D# Bb G#
PadaMu oh tuhan Ku memohon keredhaan
D# Bb G#
Nur Kasih yang ku damba
Bb D#
Kekal hingga ke syurga
Intro : D# F# G# D#
F# G# Bb D#
F# G# D#
Hanya satu yang ku pinta kebaikan dariNya
Moga dipeliharakan tulus cinta kita
Agar kukuh ikatan yang murni bahgia selamanya
Dengan lafaz pernikahan yang mulia
Datanglah kasihku dalam dirimu
Menghiasi ruang hatimu
Akan ku sambutnya dengan
Sujud penuh kesyukuran
Ku harap jalinan kan berpanjangan
Selagi kasih yang terbina
Kerana cinta kepadaNya
Kau kusayangi teman sejati
Dikaulah sesungguhnya
Insan bernama Kekasih
* Download mp3nya disini….
Nowseeheart – Damai
Nowseeheart – Damai
Intro : F#m D A E
F#m D A G#m
F#m C#m D A E
**
F#m C#m
Damai yang dirasa
D A E
Melihat warnanya
F#m C#m
Tenangnya di mindaku
D A E
Suasana kehijauan yang indah
Kicauan berburung rimba
Berterbangan bebas di dalam rimba raya
Pepohon turut berlagu
Menerima sentuhannya sinaran sang mentari hari
( korus )
A E
Oh… di alam rimba damai dirasa
D A E
Segala-galanya terlukis sempurna
A E
Di alam rimba keajaibannya
D A E
Pesona di jiwa
F#m C#m
Di rimba tiada
D A E
Derita, sengketa
F#m C#m
Tiada kudengari
D A E
Tangisan sepi yang mengguris hati
Sang pelangi ceria
Menanti kehadirannya gerimis senja
Bisikan tersirat air
Turut sama menghiasi
Keindahan ciptaan Ilahi
Intro : F#m C#m D A E 2x
back to **
Download MP3nya di sini...
Intro : F#m D A E
F#m D A G#m
F#m C#m D A E
**
F#m C#m
Damai yang dirasa
D A E
Melihat warnanya
F#m C#m
Tenangnya di mindaku
D A E
Suasana kehijauan yang indah
Kicauan berburung rimba
Berterbangan bebas di dalam rimba raya
Pepohon turut berlagu
Menerima sentuhannya sinaran sang mentari hari
( korus )
A E
Oh… di alam rimba damai dirasa
D A E
Segala-galanya terlukis sempurna
A E
Di alam rimba keajaibannya
D A E
Pesona di jiwa
F#m C#m
Di rimba tiada
D A E
Derita, sengketa
F#m C#m
Tiada kudengari
D A E
Tangisan sepi yang mengguris hati
Sang pelangi ceria
Menanti kehadirannya gerimis senja
Bisikan tersirat air
Turut sama menghiasi
Keindahan ciptaan Ilahi
Intro : F#m C#m D A E 2x
back to **
Download MP3nya di sini...
UNIC - Atas Nama Cinta
UNIC – Atas Nama Cinta
Intro : C Am Em F G
Intro : C Am Em F G
*
C
Tika mata
C
Tika mata
F G Am
diuji manisnya senyuman
F C G
Terpamit rasa menyubur harapan
F C G
Terpamit rasa menyubur harapan
C
dan seketika..
F G Am
Terlontar ke dunia khayalan
F C G
hingga terlupa singkat perjalanan
interlude
Dm Em
tersedar aku dari kerlingan
F G
dibuai lembut belaian cinta
reff 1
C G
rela aku tenangkan
Am Em
impian yang tersimpan
F G
enggan ku keasyikan
dan seketika..
F G Am
Terlontar ke dunia khayalan
F C G
hingga terlupa singkat perjalanan
interlude
Dm Em
tersedar aku dari kerlingan
F G
dibuai lembut belaian cinta
reff 1
C G
rela aku tenangkan
Am Em
impian yang tersimpan
F G
enggan ku keasyikan
C G
Gusar keindahannya
Am Em
Merampas rasa cinta
F G C
pada Dia yang lebih sempurna
**
C
bukan mudah..
F G Am
bernafas dalam jiwa hamba
C
dan kucuba
F G Am
mengingatkan pesona maya
Gusar keindahannya
Am Em
Merampas rasa cinta
F G C
pada Dia yang lebih sempurna
**
C
bukan mudah..
F G Am
bernafas dalam jiwa hamba
C
dan kucuba
F G Am
mengingatkan pesona maya
interlude:
F Em
Kerna tak upaya ku hadapinya
F G
andai murka-Nya menghukum leka
reff 2:
C G
diatas nama cinta
Am Em
pada yang selayaknya
F G
ku nafikan yang fana
Kerna tak upaya ku hadapinya
F G
andai murka-Nya menghukum leka
reff 2:
C G
diatas nama cinta
Am Em
pada yang selayaknya
F G
ku nafikan yang fana
C G
moga dalam hitungan
Am Em
setiap pengorbanan
F G
agar di suluh cahaya
C
redhoNya..
chorus:
Em Am
biar sendiri hingga ujung nyawa
Em F
asal tak sepi dari kasih-Nya
Em Am
kerna sesungguhnya hakikat cinta
F G A
hanya Dia yang Esa..
back to reff 2, interlude ke D
D A
salahkah hati ini
Bm F#m
dengan cinta hakiki
G A
sehingga kurasai
D A
nikmatNya..
moga dalam hitungan
Am Em
setiap pengorbanan
F G
agar di suluh cahaya
C
redhoNya..
chorus:
Em Am
biar sendiri hingga ujung nyawa
Em F
asal tak sepi dari kasih-Nya
Em Am
kerna sesungguhnya hakikat cinta
F G A
hanya Dia yang Esa..
back to reff 2, interlude ke D
D A
salahkah hati ini
Bm F#m
dengan cinta hakiki
G A
sehingga kurasai
D A
nikmatNya..
Bm F#m
surgaNya..
G A D
CintaNya..
Download mp3nya disini…
Download mp3nya disini…
Langganan:
Postingan (Atom)