Baginda baru saja membaca kitab tentang kehebatan Raja Sulaiman yang
mampu memerintahkan, para jin memindahkan singgasana Ratu Bilqis di dekat
istananya. Baginda tiba-tiba merasa tertarik. Hatinya mulai tergelitik untuk
melakukan hal yang sama. Mendadak beliau ingin istananya dipindahkan ke atas
gunung agar bisa lebih leluasa menikmati pemandangan di sekitar. Dan
bukankah hal itu tidak mustahil bisa dilakukan karena ada Abu Nawas yang
amat cerdik di negerinya.
Abu Nawas segera dipanggil untuk menghadap Baginda Raja Harun Al Rasyid.
Setelah Abu Nawas dihadapkan, Baginda bersabda,
"Sanggupkah engkau memindahkan istanaku ke atas gunung agar aku lebih
leluasa melihat negeriku?" tanya Baginda. Abu Nawas tidak langsung menjawab. la berpikir sejenak hingga keningnya
berkerut. Tidak mungkin menolak perintah Baginda kecuali kalau memang ingin
dihukum.
Akhirnya Abu Nawas terpaksa menyanggupi proyek raksasa itu. Ada satu lagi
permintaan dari Baginda, pekerjaan itu harus selesai hanya dalam waktu
sebulan.
Abu Nawas pulang dengan hati masgul. Setiap malam ia hanya berteman
dengan rembulan dan bintang-bintang. Hari-hari dilewati dengan kegundahan.
Tak ada hari yang lebih berat dalam hidup Abu Nawas kecuali hari-hari
ini.Tetapi pada hari kesembilan ia tidak lagi merasa gundah gulana.
Keesokan harinya Abu Nawas menuju istana. la menghadap Baginda untuk
membahas pemindahan istana. Dengan senang hati Baginda akan
mendengarkan, apa yang diinginkan Abu Nawas.
"Ampun Tuariku, hamba datang ke sini hanya untuk mengajukan usul untuk
memperlancar pekerjaan hamba nanti." kata Abu Nawas.
"Apa usul itu?" "Hamba akan memindahkan istana Paduka yang mulia tepat pada Hari Raya Idul
Qurban yang kebetulan hanya kurang dua puluh hari lagi."
"Kalau hanya usulmu, baiklah." kata Baginda.
"Satu lagi Baginda..... " Abu Nawas menambahkan.
"Apa lagi?" tanya Baginda.
"Hamba mohon Baginda menyembelih sepuluh ekor sapi yang gemuk untuk
dibagikan langsung kepada para fakir miskin." kata Abu Nawas.
"Usulmu kuterima." kata Baginda menyetujui.Abu Nawas pulang dengan
perasaan riang gembira. Kini tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Toh nanti
bila waktunya sudah tiba, ia pasti akan dengan mudah memindahkan istana
Baginda Raja. Jangankan hanya memindahkan ke puncak gunung, ke dasar
samudera pun Abu Nawas sanggup.
Desas-desus mulai tersebar ke seluruh pelosok negeri. Hampir semua orang
harap-harap cemas. Tetapi sebagian besar rakyat merasa yakin atas
kemampuan Abu Nawas. Karena selama ini Abu Nawas belum pernah gagal melaksanakan tugas-tugas aneh yang dibebankan di atas pundaknya. Namun
ada beberapa orang yang meragukan keberhasilan Abu Nawas kali ini.
Saat-saat yang dinanti-nantikan tiba. Rakyat berbondong-bondong menuju
lapangan untuk melakukan salat Hari Raya Idul Qurban. Dan seusai salat,
sepuluh sapi sumbangan Baginda Raja disembelih lalu dimasak kemudian segera
dibagikan kepada fakir miskin.
Kini giliran Abu Nawas yang harus melaksanakan tugas berat itu. Abu Nawas
berjalan menuju istana diikuti oleh rakyat. Sesampai di depan istana Abu
Nawas bertanya kepada Baginda Raja,
"Ampun Tuanku yang mulia, apakah istana sudah tidak ada orangnya lagi?"
"Tidak ada." jawab Baginda Raja singkat.
Kemudian Abu Nawas berjalan beberapa langkah mendekati istana. la berdiri
sambil memandangi istana. Abu Nawas berdiri mematung seolah-olah ada yang
ditunggu. Benar. Baginda Raja akhirnya tidak sabar.
"Abu Nawas, mengapa engkau belum juga mengangkat istanaku?" tanya Baginda
Raja. "Hamba sudah siap sejak tadi Baginda." kata Abu Nawas.
"Apa maksudmu engkau sudah siap sejak tadi? Kalau engkau sudah siap. Lalu
apa yang engkau tunggu?" tanya Baginda masih diliputi perasaan heran.
"Hamba menunggu istana Paduka yang mulia diangkat oleh seluruh rakyat yang
hadir untuk diletakkan di atas pundak hamba. Setelah itu hamba tentu akan
memindahkan istana Paduka yang mulia ke atas gunung sesuai dengan titah
Paduka."
Baginda Raja Harun Al Rasyid terpana. Beliau tidak menyangka Abu Nawas
masih bisa keluar dari lubang jarum.
Kamis, 30 Agustus 2012
Kisah Abu Nawas - Mengecoh Monyet
Abu Nawas sedang berjalan-jalan santai. Ada kerumunan masa. Abu Nawas bertanya kepada seorang kawan yang kebetulan berjumpa di tengah jalan.
"Ada kerumunan apa di sana?" tanya Abu Nawas.
"Pertunjukkan keliling yang melibatkan monyet ajaib."
"Apa maksudmu dengan monyet ajaib?" kata Abu Nawas ingin tahu.
"Monyet yang bisa mengerti bahasa manusia, dan yang lebih menakjubkan adalah monyet itu hanya mau tunduk kepada pemiliknya saja." kata kawan Abu Nawas menambahkan.
Abu Nawas makin tertarik. la tidak tahan untuk menyaksikan kecerdikan dan keajaiban binatang raksasa itu.
Kini Abu Nawas sudah berada di tengah kerumunan para penonton. Karena begitu banyak penonton yang menyaksikan pertunjukkan itu, sang pemilik monyet dengan bangga menawarkan hadiah yang cukup besar bagi siapa saja yang sanggup membuat monyet itu mengangguk-angguk.
Tidak heran bila banyak diantara para penonton mencoba maju satu persatu. Mereka berupaya dengan beragam cara untuk membuat monyet itu mengangguk-angguk, tetapi sia-sia. Monyet itu tetap menggeleng-gelengkan kepala.
Melihat kegigihan monyet itu Abu Nawas semakin penasaran. Hingga ia maju untuk mencoba. Setelah berhadapan dengan binatangitu Abu Nawas bertanya,
"Tahukah engkau siapa aku?" Monyet itu menggeleng.
"Apakah engkau tidak takut kepadaku?" tanya Abu Nawas lagi. Namun monyet itu tetap menggeleng.
"Apakah engkau takut kepada tuanmu?" tanya Abu Nawas memancing. Monyet itu mulai ragu.
"Bila engkau tetap diam maka akan aku laporkan kepada tuanmu." lanjut Abu Nawas mulai mengancam. Akhirnya monyet itu terpaksa mengangguk-angguk.
Atas keberhasilan Abu Nawas membuat monyet itu mengangguk-angguk maka ia mendapat hadiah berupa uang yang banyak. Bukan main marah pemilik monyet itu hingga ia memukuli binatang yang malang itu. Pemilik monyet itu malu bukan kepalang. Hari berikutnya ia ingin menebus kekalahannya. Kali ini ia melatih monyetnya mengangguk-angguk.
Bahkan ia mengancam akan menghukum berat monyetnya bila sampai bisa dipancing penonton mengangguk-angguk terutama oleh Abu Nawas. Tak peduli apapun pertanyaan yang diajukan.
Saat-saat yang dinantikan tiba. Kini para penonton yang ingin mencoba, harus sanggup membuat monyet itu menggeleng-gelengkan kepala. Maka seperti hari sebelumnya, banyak para penonton tidak sanggup memaksa monyet itu menggeleng-gelengkan kepala. Setelah tidak ada lagi yang ingin mencobanya, Abu Nawas maju. la mengulang pertanyaan yang sama.
"Tahukah engkau siapa daku?" Monyet itu mengangguk.
"Apakah engkau tidak takut kepadaku?" Monyet itu tetap mengangguk.
"Apakah engkau tidak takut kepada tuanmu?" pancing Abu Nawas. Monyet itu tetap mengangguk karena binatang itu lebih takut terhadap ancaman tuannya daripada Abu Nawas.
Akhirnya Abu Nawas mengeluarkan bungkusan kecil berisi balsam panas.
"Tahukah engkau apa guna balsam ini?" Monyet itu tetap mengangguk .
"Baiklah, bolehkah kugosokselangkangmu dengan balsam?" Monyet itu mengangguk.
Lalu Abu Nawas menggosok selangkang binatang itu. Tentu saja monyet itu merasa agak kepanasan dan mulai-panik.
Kemudian Abu Nawas mengeluarkan bungkusan yang cukup besar. Bungkusan itu juga berisi balsam.
"Maukah engkau bila balsam ini kuhabiskan untuk menggosok selangkangmu?" Abu Nawas mulai mengancam. Monyet itu mulai ketakutan. Dan rupanya ia lupa ancaman tuannya sehingga ia terpaksa menggeleng-gelengkan kepala sambil mundur beberapa langkah.
Abu Nawas dengan kecerdikan dan akalnya yang licin mampu memenangkan sayembara meruntuhkan kegigihan monyet yang dianggap cerdik.
Ah, jangankan seekor monyet, manusia paling pandai saja bisa dikecoh Abu Nawas
"Ada kerumunan apa di sana?" tanya Abu Nawas.
"Pertunjukkan keliling yang melibatkan monyet ajaib."
"Apa maksudmu dengan monyet ajaib?" kata Abu Nawas ingin tahu.
"Monyet yang bisa mengerti bahasa manusia, dan yang lebih menakjubkan adalah monyet itu hanya mau tunduk kepada pemiliknya saja." kata kawan Abu Nawas menambahkan.
Abu Nawas makin tertarik. la tidak tahan untuk menyaksikan kecerdikan dan keajaiban binatang raksasa itu.
Kini Abu Nawas sudah berada di tengah kerumunan para penonton. Karena begitu banyak penonton yang menyaksikan pertunjukkan itu, sang pemilik monyet dengan bangga menawarkan hadiah yang cukup besar bagi siapa saja yang sanggup membuat monyet itu mengangguk-angguk.
Tidak heran bila banyak diantara para penonton mencoba maju satu persatu. Mereka berupaya dengan beragam cara untuk membuat monyet itu mengangguk-angguk, tetapi sia-sia. Monyet itu tetap menggeleng-gelengkan kepala.
Melihat kegigihan monyet itu Abu Nawas semakin penasaran. Hingga ia maju untuk mencoba. Setelah berhadapan dengan binatangitu Abu Nawas bertanya,
"Tahukah engkau siapa aku?" Monyet itu menggeleng.
"Apakah engkau tidak takut kepadaku?" tanya Abu Nawas lagi. Namun monyet itu tetap menggeleng.
"Apakah engkau takut kepada tuanmu?" tanya Abu Nawas memancing. Monyet itu mulai ragu.
"Bila engkau tetap diam maka akan aku laporkan kepada tuanmu." lanjut Abu Nawas mulai mengancam. Akhirnya monyet itu terpaksa mengangguk-angguk.
Atas keberhasilan Abu Nawas membuat monyet itu mengangguk-angguk maka ia mendapat hadiah berupa uang yang banyak. Bukan main marah pemilik monyet itu hingga ia memukuli binatang yang malang itu. Pemilik monyet itu malu bukan kepalang. Hari berikutnya ia ingin menebus kekalahannya. Kali ini ia melatih monyetnya mengangguk-angguk.
Bahkan ia mengancam akan menghukum berat monyetnya bila sampai bisa dipancing penonton mengangguk-angguk terutama oleh Abu Nawas. Tak peduli apapun pertanyaan yang diajukan.
Saat-saat yang dinantikan tiba. Kini para penonton yang ingin mencoba, harus sanggup membuat monyet itu menggeleng-gelengkan kepala. Maka seperti hari sebelumnya, banyak para penonton tidak sanggup memaksa monyet itu menggeleng-gelengkan kepala. Setelah tidak ada lagi yang ingin mencobanya, Abu Nawas maju. la mengulang pertanyaan yang sama.
"Tahukah engkau siapa daku?" Monyet itu mengangguk.
"Apakah engkau tidak takut kepadaku?" Monyet itu tetap mengangguk.
"Apakah engkau tidak takut kepada tuanmu?" pancing Abu Nawas. Monyet itu tetap mengangguk karena binatang itu lebih takut terhadap ancaman tuannya daripada Abu Nawas.
Akhirnya Abu Nawas mengeluarkan bungkusan kecil berisi balsam panas.
"Tahukah engkau apa guna balsam ini?" Monyet itu tetap mengangguk .
"Baiklah, bolehkah kugosokselangkangmu dengan balsam?" Monyet itu mengangguk.
Lalu Abu Nawas menggosok selangkang binatang itu. Tentu saja monyet itu merasa agak kepanasan dan mulai-panik.
Kemudian Abu Nawas mengeluarkan bungkusan yang cukup besar. Bungkusan itu juga berisi balsam.
"Maukah engkau bila balsam ini kuhabiskan untuk menggosok selangkangmu?" Abu Nawas mulai mengancam. Monyet itu mulai ketakutan. Dan rupanya ia lupa ancaman tuannya sehingga ia terpaksa menggeleng-gelengkan kepala sambil mundur beberapa langkah.
Abu Nawas dengan kecerdikan dan akalnya yang licin mampu memenangkan sayembara meruntuhkan kegigihan monyet yang dianggap cerdik.
Ah, jangankan seekor monyet, manusia paling pandai saja bisa dikecoh Abu Nawas
Kisah Abu Nawas - Kendi berisi racun
Ketika masih muda, Abu Nawas pernah bekerja di sebuah perusahaan jasa jahit pakaian. Suatu hari majikannya datang membawa satu kendi madu dan karena kuatir madu itu diminum Abu Nawas, maka majikannya berbohong dengan berkata, “Abu, kendi ini berisi racun dan aku tidak mau kamu mati karena meminumnya!!!”
Sang majikan pun pergi keluar, pada saat itu Abu Nawas menjual sepotong pakaian, kemudian menggunakan uangnya untuk membeli roti dan menghabiskan madu itu dengan rotinya.
Majikannya pun datang dan sadar bahwa pakaian yang dijualnya ternyata kurang satu sedangkan madu dalam kendi juga telah habis. Bertanyalah dia pada Abu Nawas, “Abu!!! Apa sebenarnya yang telah terjadi..?”.
Abu Nawas menjawab, “Maaf tuan, tadi ada seorang pencuri yang mencuri pakaian tuan, lalu karena aku takut akan dimarahi tuan, jadi aku putuskan untuk bunuh diri saja menggunakan racun dalam kendi itu…”.
Sang majikan pun pergi keluar, pada saat itu Abu Nawas menjual sepotong pakaian, kemudian menggunakan uangnya untuk membeli roti dan menghabiskan madu itu dengan rotinya.
Majikannya pun datang dan sadar bahwa pakaian yang dijualnya ternyata kurang satu sedangkan madu dalam kendi juga telah habis. Bertanyalah dia pada Abu Nawas, “Abu!!! Apa sebenarnya yang telah terjadi..?”.
Abu Nawas menjawab, “Maaf tuan, tadi ada seorang pencuri yang mencuri pakaian tuan, lalu karena aku takut akan dimarahi tuan, jadi aku putuskan untuk bunuh diri saja menggunakan racun dalam kendi itu…”.
Kisah Abu Nawas - Sholat gak perlu rukuk & sujud ..!!!
Pasa masa kekhalifahan Harun Al-Rasyid , ada seseorang dengan lantang berteriak di tengah keramaian pasar , dia berkata "SESUNGGUHNYA SHALAT TIDAK PERLU RUKUK DAN SUJUD ..." orang - orang pun langsung GERAM,MARAH,MENGUTUK,MENYESATKAN orang tersebut yg ternyata bernama ABU NAWAS . Kemudian dia ditangkap oleh orang kerajaan ,dengan murka sang khalifah menginterogasinya ...
“Apakah benar kamu yang mengatakan itu di pasar?”
Abu Nawas membenarkannya, lalu khalifah memerintahkan pengawalnya untuk menggantung Abu Nawas besok pagi. Sebelum diseret pengawal, Abu Nawas meminta izin khalifah untuk menjelaskan maksud ucapannya.
“Tenang baginda, beri saya kesempatan untuk meneruskan apa maksud perkataan saya tadi,” kata Abu Nawas.
Abu Nawas menjelaskan "makannya dengarkan dulu , saya blom selesai berbicara , shalat yg saya maksud itu adalah shalat jenazah "
Khalifah geleng-geleng kepala sambil bertanya, “Tapi kenapa kamu berteriak-teriak di pasar? Yang tak paham perkataanmu khan bisa marah?”
Abu nawasnya pun berkata ..Namanya Terbukti Orang2 saat ini terbukit lebih mengedepankan emosi padahal blom tahu akar permasalahannya (ALIAS ASAL GABLEK), dan kalau masyarakat sudah marah , baru saya bisa dipanggil khalifah.
“Kalau aku sudah memanggil, memangnya kenapa?” tanya khalifah
Abu Nawas menjawab, “Ya biar bisa dikasih hadiah, baginda” jawabnya sambil tersenyum.
“Apakah benar kamu yang mengatakan itu di pasar?”
Abu Nawas membenarkannya, lalu khalifah memerintahkan pengawalnya untuk menggantung Abu Nawas besok pagi. Sebelum diseret pengawal, Abu Nawas meminta izin khalifah untuk menjelaskan maksud ucapannya.
“Tenang baginda, beri saya kesempatan untuk meneruskan apa maksud perkataan saya tadi,” kata Abu Nawas.
Abu Nawas menjelaskan "makannya dengarkan dulu , saya blom selesai berbicara , shalat yg saya maksud itu adalah shalat jenazah "
Khalifah geleng-geleng kepala sambil bertanya, “Tapi kenapa kamu berteriak-teriak di pasar? Yang tak paham perkataanmu khan bisa marah?”
Abu nawasnya pun berkata ..Namanya Terbukti Orang2 saat ini terbukit lebih mengedepankan emosi padahal blom tahu akar permasalahannya (ALIAS ASAL GABLEK), dan kalau masyarakat sudah marah , baru saya bisa dipanggil khalifah.
“Kalau aku sudah memanggil, memangnya kenapa?” tanya khalifah
Abu Nawas menjawab, “Ya biar bisa dikasih hadiah, baginda” jawabnya sambil tersenyum.
Sumber by Usmar Ismail
Abu Nawas - Alat untuk Berzina
Suatu ketika Abu Nawas datang ke hadapan Amirul Mukminin, seraya membawa kendi yang biasa digunakan untuk menyimpan khamr (arak/minuman keras). Melihat hal ini, Amirul Mu'minin berseru kepada pengawalnya.
"Cepat cambuk Abu Nawas sebagaimana orang yang telah minum khamr."
Abu Nawas protes berat.
"Yaa Amirul Mu'minin, mengapa saya dihukum cambuk, padahal saya tidak minum khamr?" protes Abu Nawas.
"Itu karena kamu membawa kendi yang biasa digunakan untuk minum khamr," jawab Amirul Mukminin.
"Jika memang demikian, maka hukum saya dengan hukuman cambuk sebagaimana orang berzina," sahut Abu Nawas.
"Mengapa demikian," tanya Khalifah.
"Karena saya juga membawa 'alat' yang biasa digunakan untuk berzina," jawab Abu Nawas.
Mendengar jawaban Abu Nawas, khalifah tertawa...lalu membebaskan Abu Nawas dari segala hukuman dan memberikan uang sebagai hadiah
"Cepat cambuk Abu Nawas sebagaimana orang yang telah minum khamr."
Abu Nawas protes berat.
"Yaa Amirul Mu'minin, mengapa saya dihukum cambuk, padahal saya tidak minum khamr?" protes Abu Nawas.
"Itu karena kamu membawa kendi yang biasa digunakan untuk minum khamr," jawab Amirul Mukminin.
"Jika memang demikian, maka hukum saya dengan hukuman cambuk sebagaimana orang berzina," sahut Abu Nawas.
"Mengapa demikian," tanya Khalifah.
"Karena saya juga membawa 'alat' yang biasa digunakan untuk berzina," jawab Abu Nawas.
Mendengar jawaban Abu Nawas, khalifah tertawa...lalu membebaskan Abu Nawas dari segala hukuman dan memberikan uang sebagai hadiah
Usia Alam Semesta Menurut Al-Quran
Tahu tidak berapa umur alam semesta yang kita huni saat ini..?? Belum tahu, gak, tahu atau males ngitungnya..?? ini ada cara mudah gak perlu pakek teori rumit, rumus fisika atau alat canggih untuk menghitung usia semesta. cuma media ayat ayat dalam Al-Quran kitab sucinya Muslim Sedunia dan Semesta alam..maka didapat bahwa umur alam semesta itu 18,26 Milyar Tahun.
Lho Kok bisa semudah itu?
Lalu bagaimana angka 18,26 milyar, bisa diperoleh ?
Mari kita telaah dari sini:
Berdasarkan informasi Al Qur’an, keberadaan alam dunia tidak lebih dari 1 hari. Ini termuat dalam QS. Thaha ayat 104.
“Kami lebih mengetahui apa yang akan mereka katakan, ketika orang yang paling lurus jalannya mengatakan, ‘Kami tinggal (di dunia) tidak lebih dari sehari saja”
Sehari langit sama artinya dengan 1.000 tahun perhitungan manusia. dijelaskan dalam QS. Al Hajj ayat 47.
“Dan mereka meminta kepadamu (Muhammad) agar adzab itu disegerakan, padahal Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. dan sesungguhnya di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.”
Sehari kadarnya 50.000 tahun yang termuat dalam QS.Ma’arij ayat 4.
“Para malaikat dan Jibril naik, (menghadap) kepada Tuhan, dalam sehari setara dengan lima puluh ribu tahun.”
Bila 1 tahun hitungan manusia adalah 365,2422 hari, maka sehari langit diperoleh :
365,2422 x 50.000 x 1.000 x 1 diperoleh 18,26 milyar tahun.
Gimana perhitungan matematika bener bukan..!!
Ini juga pernah dipaparkan dan dibuktikan oleh pendapat Moh. Asadi dalam bukunya The Grand Unifying Theory of Everything. dia menyatakan kalau umur alam semesta itu 17—20 milyar tahun. Sementara, Profesor Jean Claude Batelere bilang kalau umur semesta itu kisarannya ada di 18 milyar tahun. Terus ditambah dengan teori NASA yang mengeluarkan data umur semesta itu ada di kisaran 12—18 milyar tahun.
Kita tahu selama ini Para ilmuwan dengan segala peralatan canggihnya dan ilmu ’tingginya’ berusaha menguak berapa umur semesta, ternyata sebenarnya di dalam Al Qur’an sudah tertera dengan begitu jelasnya tentang misteri itu.
Artinya tidak ada yang sulit dimata Allah SWT Selagi manusia Mau berpikir, sains iptek semua bisa digalih dan dijawab al-Quran dengan mudah, itulah kenapa disebut Petunjuk bagi manusia dan penerang atas kegelepan, pemberi obat bagi yang sakit, pemberi ketentraman jiwa yang tidak pernah damai, kitab suci yang tidak pernah ada kadaluarsa dalam judul, bahasan, selalu elastis tiap sendi kehidupan manusia, bisa diterima dalam tiap kondisi bangsa yang berbeda tingkat umur yang berbeda, suku yang berbeda, negara yang berbeda, pas dalam kondisi apapun alias UNIVERSAL.
Lho Kok bisa semudah itu?
Lalu bagaimana angka 18,26 milyar, bisa diperoleh ?
Mari kita telaah dari sini:
Berdasarkan informasi Al Qur’an, keberadaan alam dunia tidak lebih dari 1 hari. Ini termuat dalam QS. Thaha ayat 104.
“Kami lebih mengetahui apa yang akan mereka katakan, ketika orang yang paling lurus jalannya mengatakan, ‘Kami tinggal (di dunia) tidak lebih dari sehari saja”
Sehari langit sama artinya dengan 1.000 tahun perhitungan manusia. dijelaskan dalam QS. Al Hajj ayat 47.
“Dan mereka meminta kepadamu (Muhammad) agar adzab itu disegerakan, padahal Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. dan sesungguhnya di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.”
Sehari kadarnya 50.000 tahun yang termuat dalam QS.Ma’arij ayat 4.
“Para malaikat dan Jibril naik, (menghadap) kepada Tuhan, dalam sehari setara dengan lima puluh ribu tahun.”
Bila 1 tahun hitungan manusia adalah 365,2422 hari, maka sehari langit diperoleh :
365,2422 x 50.000 x 1.000 x 1 diperoleh 18,26 milyar tahun.
Gimana perhitungan matematika bener bukan..!!
Ini juga pernah dipaparkan dan dibuktikan oleh pendapat Moh. Asadi dalam bukunya The Grand Unifying Theory of Everything. dia menyatakan kalau umur alam semesta itu 17—20 milyar tahun. Sementara, Profesor Jean Claude Batelere bilang kalau umur semesta itu kisarannya ada di 18 milyar tahun. Terus ditambah dengan teori NASA yang mengeluarkan data umur semesta itu ada di kisaran 12—18 milyar tahun.
Kita tahu selama ini Para ilmuwan dengan segala peralatan canggihnya dan ilmu ’tingginya’ berusaha menguak berapa umur semesta, ternyata sebenarnya di dalam Al Qur’an sudah tertera dengan begitu jelasnya tentang misteri itu.
Artinya tidak ada yang sulit dimata Allah SWT Selagi manusia Mau berpikir, sains iptek semua bisa digalih dan dijawab al-Quran dengan mudah, itulah kenapa disebut Petunjuk bagi manusia dan penerang atas kegelepan, pemberi obat bagi yang sakit, pemberi ketentraman jiwa yang tidak pernah damai, kitab suci yang tidak pernah ada kadaluarsa dalam judul, bahasan, selalu elastis tiap sendi kehidupan manusia, bisa diterima dalam tiap kondisi bangsa yang berbeda tingkat umur yang berbeda, suku yang berbeda, negara yang berbeda, pas dalam kondisi apapun alias UNIVERSAL.
Langganan:
Postingan (Atom)